Suara Karya

Yayasan Inobu Luncurkan YAC, Ajak Anak Muda Geluti Sektor Pertanian

JAKARTA (Suara Karya): Yayasan Inobu, lembaga penelitian nirlaba Indonesia, meluncurkan program akselerasi petani muda yang disebut ‘Youth Agripreneur Camp’ (YAC). Program terbuka bagi anak muda yang siap bergelut di sektor pertanian dan akuakultur berupa produk, jasa atau teknologi pertanian.

“YAC ini semacam kompetisi ide bisnis dari hasil pertanian. Kompetisi terbuka bagi mahasiswa program D3 atau S1 atau anak muda Indonesia usia 17-35 tahun,” kata Chief Legal Officer Yayasan Inobu, Bernadinus Steni dalam keterangan pers, Jumat (5/11/21).

Ditambahkan, kompetisi untuk tim yang beranggotakan 3-5 orang. Mereka wajib mengirim proposal singkat tentang ide inovatif seputar bisnis pertanian yang akan dikembang di masa depan, sehingga mereka dinilai layak ikut dalam YAC.

“Peserta yang terpilih akan mengikuti proses inkubasi yang berisi rangkaian kelas virtual dan pendampingan dari mentor profesional,” ujarnya.

Targetnya, lanjut Steni, kompetisi tersebut daat meningkatkan kapasitas generasi muda dan mempertajam ide bisnis mereka di bidang pertanian dan akuakultur. Lima tim dengan ide inovatif terbaik akan menerima total pendanaan hingga Rp100 juta.

“Mereka juga mendapat kesempatan untuk presentasi di depan calon investor untuk membantu pengembangan produk mereka,” kata Steni seraya menambahkan pendaftaran dibuka sejak 3 November hingga 11 Desember 2021 melalui situs YAC di tanispace.inobu.org.

Dijelaskan, YAC dibuat agar makin banyak generasi muda Indonesia berkarya dan berinovasi di sektor pertanian. Sehingga jumlah penggangguran terdidik di Indonesia semakin berkurang.

“Sebenaenya banyak tersedia lapangan kerja di sektor pertanian, tapi hal itu belum dilirik para lulusan muda kita. Bahkan, sektor pertanian bisa memberi kesejahteraan yang lebih dibanding pekerjaan di sektor non pertanian,” tuturnya.

Hal itu bisa terjadi karena Indonesia adalah negara agraris, yang mana sektor pertanian memegang peran penting dalam perekonomian nasional. Data Kementerian Pertanian tahun 2020 menyebut, luas lahan sawah di Indonesia saat ibu mencapai 7,4 juta hektar.

“Hasil pertanian tidak bernilai tinggi ketika dijual, karena tidak memiliki nilai tambah. Jika hasil pertanian itu dibuat menjadi produk pertanian, maka hasilnya akan beda,” ujarnya.

Salah satu contoh potensi ekonomi dari komoditas pertanian bernilai tambah adalah kelapa. Hasil penelitian Lawalata & Imimpia tahun 2020 menyebut, kelapa yang diolah menjadi kopra memiliki nilai tambah sebesar 42,62 persen. Rasio nilai tambah kelapa semakin tinggi hingga 99.33 persen ketika diolah menjadi Virgin Coconut Oil (VCO).

“Peningkatan itu mencerminkan adanya peluang industri pengolahan hasil pertanian yang memberi nilai tambah. Belum lagi, jika VCO itu diolah menjadi bahan kosmetik,” ucap Steni menegaskan.

Ditambahkan, Indonesia sebenarnya memiliki ribuan lulusan program pertanian atau teknologi pertanian yang berpotensi untuk melahirkan inovasi di bidang agripreneurship. Namun, sayangnya mereka malah bekerja di sektor non pertanian. (Tri Wahyuni)

Related posts