JAKARTA (Suara Karya): Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) Linda Agum Gumelar mengingatkan pasien kanker payudara untuk berobat secara benar. Jangan mudah tergiur pengobatan herbal yang menjanjikan kesembuhan. Karena fakta selama ini menunjukkan kondisi sebaliknya.
“Setelah kondisi makin parah baru ke dokter. Sehingga peluang hidup jadi kecil, karena jaringan dalam payudara sudah membusuk dan menjalar kemana-mana,” kata Linda Gumelar dalam acara “Fun Walk YKPI” di kawasan Senayan Jakarta, Minggu (7/10).
Menurut Linda, mahalnya biaya pengobatan medis bagi pasien kanker payudara seharusnya tak bisa jadi alasan lagi, sejak pemerintah menggulirkan program jaminan kesehatan nasional (JKN). Pasien dapat berobat secara benar, tanpa takut membayar mahal.
“Jika dulu penderita kanker pergi ke pengobatan herbal karena mengejar biaya murah, harusnya hal semacam itu tak terjadi lagi. Semakin awal kanker diobati, maka peluang sembuhnya makin besar,” ujarnya.
Linda menyayangkan kesadaran masyarakat terhadap kanker payudara, terbilang masih rendah. Terbukti, ada sekitar 70 persen pasien kanker yang memeriksakan diri ke dokter berada pada stadium lanjut.
Rendahnya kesadaran memeriksa kanker payudara diperburuk pula dengan pola pikir masyarakat yang beranggapan bahwa kanker payudara hanya terjadi pada perempuan. Padahal pembunuh nomor dua di Indonesia setelah kanker serviks itu, juga menyerang laki-laki.
“Kanker payudara juga bisa terjadi pada laki-laki. Meskipun persentasenya di bawah satu persen, tapi kalau sudah terkena kanker payudara, pasti ganas,” ucapnya.
Diakui Linda, laki-laki pengidap kanker payudara di Indonesia masih jarang. Bahkan menilik program unit mobil mammografi (UMM) YKPI, para peserta yang melakukan mammografi gratis didominasi oleh perempuan.
Dia memaparkan, sejak 2015 hingga Mei 2018 UMM YKPI sudah memeriksa 10.356 orang. Dari jumlah tersebut, 1.511 orang atau 14,7 persen menderita tumor jinak. Penderita tumor ganas sebanyak 50 peserta diatas 1,5 persen. Angka itu, terus mengalami kenaikan setiap tahun.
Linda menjelaskan, acara yang diikuti sekitar 200 penyintas kanker payudara itu menandai Oktober sebagai bulan peduli kanker payudara internasional. Pada kesempatan itu YKPI dan Pemda DKI membuat jembatan Susun Semanggi dipenuhi warna pink guna mengingatkan masyarakat tentang kanker payudara.
“Lewat simbol warna pink ini kami mengajak masyarakat untuk deteksi dini dan jangan menyerah jika terkena kanker payudara,” ujar mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) itu.
Kegiatan yang digelar bersamaan dengan momen Car Free Day di jalan Sudirman seketika ramai dengan keseruan ibu-ibu YKPI memeluk boneka beruang pink sumbangan Double Tree By Hilton Jakarta. Dikatakan Nils-Arne Schroeder, GM Double Tree by Hilton Hotel, boneka beruang pink menjadi simbol kepedulian dan simpati bagi para pejuang kanker payudara di Indonesia.
“Kami ajak masyarakat untuk peduli dengan sederhana yaitu memasang momen diri bersama boneka beruang pink ke akun instagram, facebook atau media sosial lainnya dengan menggunakan tagar #DoubleTreexYKPI,” ujar Scroeder menandaskan. (Tri Wahyuni)