JAKARTA (Suara Karya): Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Arlyana Abubakar, menyatakan pihaknya akan terus memonitor berbagai perkembangan perekonomian baik di tingkat daerah, nasional, maupun global.
Menurut Arlyana, hal itu dilakukan untuk mendorong momentum akselerasi pemulihan ekonomi DKI Jakarta di berbagai sektor guna mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi dan lebih inklusif.
“Kami Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta juga terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta jntuk mewujudkan hal tersebut,” kata Arlyana melalui keterangan tertulisnya, Selasa (7/5/2024).
Sekadar informasi, berdasarkan rilis BPS, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada triwulan I 2024 tetap kuat sebesar 4,78% (yoy), meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (4,85% yoy).
Menurut Arlyana, dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang tetap kuat ditopang oleh meningkatnya konsumsi RT, konsumsi Pemerintah dan konsumsi LNPRT. Di sisi lain, ekspor dan investasi tumbuh melambat. Adapun impor tumbuh meningkat sehingga turut menjadi penahan pertumbuhan.
Sementara itu kata dia, dari sisi Lapangan Usaha (LU) utama, pertumbuhan terutama ditopang oleh meningkatnya kinerja LU perdagangan, LU konstruksi, dan LU infokom. Namun, LU utama lainnya seperti industri pengolahan dan jasa keuangan tumbuh lebih rendah.
“Dari sisi permintaan, konsumsi RT tumbuh sebesar 5,25% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,23% (yoy). Pertumbuhan terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi pada kelompok hotel dan restoran serta kelompok transportasi, komunikasi, rekreasi dan budaya,” ujarnya.
Selanjutnya, konsumsi Pemerintah juga tumbuh lebih baik dengan pertumbuhan yang tinggi mencapai 30,30% (yoy), dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat kontraksi 5,04%. Konsumsi Pemerintah yang tumbuh lebih baik terutama didorong oleh meningkatnya belanja pegawai sejalan dengan kenaikan gaji ASN dan penyaluran THR yang lebih awal serta meningkatnya belanja barang dan jasa untuk mendukung pemilu 2024.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, adapun konsumsi LNPRT tumbuh tinggi mencapai 19,70% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 15,43% (yoy) sejalan dengan meningkatnya aktivitas partai politik untuk mendukung pemilu serta meningkatnya aktivitas lembaga keagamaan dan organisasi masyarakat pada bulan Ramadhan.
Adapun ekspor tumbuh melambat dari 4,46% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 3,23% (yoy) pada triwulan I 2024. Perlambatan terutama disebabkan oleh kontraksi pada ekspor barang terutama pada komoditas mesin dan peralatan listrik, kendaraan dan bagiannya serta lemak dan minyak hewan/nabati.
Kinerja investasi juga tertahan dari 5,17% (yoy) pada triwulan IV 2023 menjadi 4,36% (yoy) pada triwulan I 2024 dipengaruhi oleh wait and see investor pada periode pemilu sebagaimana pola historisnya. Selain itu, impor tumbuh meningkat dari 3,16% (yoy) menjadi 6,30% (yoy) sehingga turut menjadi penahan pertumbuhan.
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Jakarta terutama ditopang oleh meningkatnya kinerja LU perdagangan dengan pertumbuhan sebesar 5,46% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (3,78%; yoy) yang tercermin dari meningkatnya indeks penjualan ritel serta membaiknya penjualan kendaraan roda dua. LU konstruksi juga tumbuh meningkat dari 4,53% (yoy) menjadi 6,27% (yoy) sejalan dengan masih berlanjutnya pembangunan berbagai proyek strategis baik Pemerintah maupun swasta di DKI Jakarta.
Adapun LU infokom juga tumbuh lebih tinggi menjadi sebesar 6,38% (yoy), dari triwulan sebelumnya (5,57% yoy) yang bersumber dari meningkatnya penggunaan paket data dan internet, serta meningkatnya jumlah penonton bioskop sejalan dengan meningkatnya konsumsi RT.
Sementara itu, LU utama lainnya seperti LU industri pengolahan mengalami kontraksi 0,53% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (2,54% yoy) yang terutama dipengaruhi oleh melambatnya kinerja ekspor sehingga menahan kinerja industri pengolahan. LU jasa keuangan juga tumbuh lebih rendah menjadi sebesar 2,02% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 10,24% (yoy) sejalan dengan melambatnya kinerja jasa penunjang keuangan. (Boy)