Suara Karya

KSTI 2025: Peraih Nobel Fisika Bahas Graphene dan Masa Depan Teknologi Dunia

BANDUNG (Suara Karya): Dalam momen bersejarah Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) Indonesia 2025, peraih Nobel Fisika 2010, Profesor Konstantin Novoselov menegaskan pentingnya graphene dan rekayasa material sebagai fondasi teknologi masa depan.

Berbicara pada sesi pleno pertama KSTI di Sasana Budaya Ganesha, Bandung (7/8/25), Novoselov membuka wacana strategis tentang revolusi material modern dan potensi Indonesia menjadi pionir dalam riset material.

Profesor dari National University of Singapore itu menyoroti sejarah manusia selalu dibentuk oleh material, mulai dari zaman batu hingga era silikon. Namun kini, untuk pertama kalinya, umat manusia tidak lagi dibatasi oleh satu jenis material tertentu.

“Kita bisa mendesain material dari tingkat atom. Batasnya hanyalah imajinasi,” ucapnya.

Dengan kemajuan teknologi, lanjut Novoselov, manusia kini mampu menciptakan material canggih sesuai kebutuhan spesifik, baik untuk industri maupun solusi tantangan lingkungan.

Dalam paparan ilmiahnya, Novoselov menekankan potensi luar biasa dari graphene, material dua dimensi (2D) yang dikenal karena kekuatan tinggi dan konduktivitas listrik superior.

“Graphene ditemukan melalui metode sederhana, tapi kini digunakan secara luas dalam perangkat elektronik, baterai, dan optoelektronik,” jelasnya.

Bahkan, menurut Novoselov, setiap ponsel yang kita pakai kemungkinan besar mengandung graphene.

Lebih dari sekadar aplikasi konvensional, Novoselov menyoroti masa depan graphene sebagai bagian dari ‘functional intelligent materials’, yaitu material pintar yang bisa merespons rangsangan, menyimpan memori, dan memproses informasi seperti otak manusia.

Pemaparan Novoselov dinilai sangat selaras dengan arah kebijakan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek), terutama dalam inisiatif ‘Diktisaintek Berdampak’ yang mendorong riset lintas disiplin, aplikatif, dan berkelanjutan.

Melalui forum seperti KSTI Indonesia 2025, Kemdiktisaintek berkomitmen memperkuat peran Indonesia sebagai produsen teknologi, bukan hanya pengguna. Selain juga menjadi pusat pengembangan material mutakhir, dan pelopor riset berbasis ilmu terapan.

Dengan menempatkan riset material, terutama graphene sebagai pilar inovasi nasional, Indonesia dinilai semakin siap memasuki era transformasi teknologi yang berdaulat, berkelanjutan, dan kompetitif secara global.

“Saya berharap akan ada kolaborasi riset yang inklusif dan inovatif, khususnya di Asia,” tutup Novoselov. (Tri Wahyuni)

Related posts