JAKARTA (Suara Karya): Universitas Terbuka (UT) menegaskan komitmennya untuk memperkokoh posisi sebagai Perguruan Tinggi Jarak Jauh (PTJJ) berkualitas dunia melalui transformasi digital dan strategi inovatif.
Hal ini disampaikan Prof Ali Muktiyanto dalam orasi ilmiahnya dalam pelantikannya sebagai Rektor UT Periode 2025-2030 di Universitas Terbuka Convention Center (UTCC), Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Senin (25/8/25).
Hadir dalam acara pelantikan tersebut, Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UT, Prof Ainun Naim, PhD, MBA; Staf Ahli Menteri Bidang Penguatan Ekosistem Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Kemdiktisaintek, Muhamad Hasan Chabibie; Ketua Panitia Pemilihan Rektor UT, Prof Dr Paulina Pannen; dan Ketua Senat UT, Prof Dr Hanif Nurcholis.
Hadir pula Rektor UT Periode 2021-2025, Dr Mohammad Yunus; dan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Prof Ojat Darojat.
Menurut Prof Ali, UT harus beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan lingkungan global yang ditandai oleh transformasi digital, munculnya kompetitor baru, hingga dinamika pasar pendidikan.
“Perubahan lingkungan menempatkan UT pada posisi penting, apakah menjadi pelaku utama dalam Digital Learning Ecosystem (DLE) global, ataukah tertinggal di tengah arus inovasi dan kompetisi yang semakin ketat,” ucapnya.
Universitas Terbuka saat ini memasuki tonggak sejarah baru dengan statusnya sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH), yang memberi otonomi lebih luas dalam tata kelola akademik, keuangan, SDM serta pengembangan kewirausahaan akademik.
Dengan infrastruktur teknologi informasi Tier 3, Rektor UT optimistis dapat memperluas akses pendidikan tinggi yang fleksibel, inklusif, dan terjangkau. Saat ini, UT telah menjangkau 516 kabupaten/kota di Indonesia dan 56 negara.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2025-2045, UT menargetkan visi ‘Menjadi Perguruan Tinggi Jarak Jauh (PTJJ) Berkualitas Dunia’. Untuk itu, Prof Ali merumuskan visi kepemimpinan lima tahunnya melalui lima misi strategis, yaitu integrasi pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat dalam PJJ unggul; dan penerapan governansi profesional, transparan, dan akuntabel.
Selain itu pengembangan SDM UT yang berdaya saing global; penyediaan aset finansial dan non-finansial yang menjamin keberlanjutan; dan membangun hubungan harmonis berbasis nilai dengan seluruh pemangku kepentingan.
Guna menopang strategi itu, lanjut Prof Ali Muktiyanto, UT mengembangkan Model SHINE–STARS–RID. Model itu terdiri atas SHINE (Spirit, Horizon, Innovation, Nurture, and Entrepreneurship) sebagai pondasi transformasi.
Sedangkan STARS (Synergy, Transformation, Accountability, Relevance, Scalability) sebagai mesin penggerak strategi; dan RID (Reputation, Integrity, Dignity) sebagai outcome berupa reputasi dan kewibawaan akademik di tingkat global.
Prof Ali menekankan, inovasi berkelanjutan menjadi kunci agar UT tidak stagnan. “Kita berada pada titik puncak, sehingga perlu inovasi baru agar bisa berkembang. Jika tidak, sesuai siklus, UT tentunya akan menurun,” katanya.
Ke depan, UT akan fokus pada diferensiasi pendidikan tinggi, penguatan kerjasama global, inovasi pembelajaran berbasis teknologi digital, penguatan kapasitas SDM, serta monetisasi aset dan produk akademik.
Dengan strategi ini, UT optimistis dapat menjaga daya saing sekaligus memperluas akses pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat, sesuai mandat pendiriannya. (Tri Wahyuni)