Suara Karya

Dorong Digitalisasi Pembelajaran, Kemdikdasmen Luncurkan Papan Interaktif Pintar

JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) mendorong digitalisasi pembelajaran, sebagai jawaban atas tantangan literasi rendah hingga learning loss akibat pandemi covid-19.

Upaya yang dilakukan mulai dari peluncuran perangkat Papan Interaktif Pintar (Interactive Flat Panel/IFP), pembuatan konten digital, hingga pelatihan guru. Diharapkan pembelajaran makin kreatif dan menyenangkan.

“Digitalisasi pembelajaran menjadi percepatan, agar anak Indonesia terbiasa dengan keterampilan abad 21,” kata Dirjen PAUD, Dikdas dan Pendidikan Menengah, Kemdikdasmen, Gogot Suharwoto dalam acara SINIAR Episode ke-12, Jumat (12/9/25), yang disiarkan di kanal Youtube Kemdikdasmen.

Digitalisasi pembelajaran, lanjut Gogot Suharwoto, sejalan dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2025 tentang revitalisasi pendidikan.

“Pemerintah akan mendistribusikan papan interaktif tersebut ke sekolah-sekolah di wilayah Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Selanjutnya, distribusi diperluas ke berbagai wilayah lain, termasuk daerah 3T,” ujarnya.

Berbeda dengan televisi pintar, papan interaktif memungkinkan guru dan siswa berkolaborasi melalui layar sentuh dengan konten variatif, seperti teks, video, audio, hingga augmented reality (AR).

“Anak-anak juga bisa membedah model jantung, memperbesar atau memperkecil tampilan, sekaligus menjawab soal interaktif di layar. Belajar jadi lebih mudah dipahami sekaligus menyenangkan,” ucapnya.

Guru Informatika SMPN 86 Jakarta, Haryanto dalam kesempatan yang sama mengaku dapat merasakan langsung manfaatnya.

Katanya, suasana kelas jauh lebih hidup karena murid antusias mencoba fitur interaktif. “Anak-anak berebut maju. Mereka merasa seperti bermain sekaligus belajar. Bahkan yang biasanya malu kini lebih percaya diri,” ungkapnya.

Selain papan interaktif, Haryanto juga memanfaatkan platform Ruang Murid yang berisi materi, video, buku digital, hingga gim edukasi.

“Topik seperti bullying bisa lebih menarik dibahas melalui kombinasi video dan diskusi langsung di papan. Murid seolah jadi tutor sebaya,” tuturnya.

Gogot menambahkan, program tersebut tak hanya menyasar sekolah di kota besar, tetapi juga daerah 3T. Untuk wilayah tanpa listrik, disiapkan panel surya, sementara sekolah tanpa internet akan mendapat perangkat tambahan.

“Konten interaktif juga bisa diakses secara luring lewat penyimpanan eksternal,” ujarnya.

Agar tidak sekadar formalitas, lanjut Gogot, distribusi perangkat diverifikasi berlapis melalui Dapodik, dinas pendidikan, hingga pernyataan kesediaan dari sekolah penerima.

“Digitalisasi tak sekadar membagi alat, tapi memastikan mutu pembelajaran merata di seluruh Indonesia. Prinsipnya inklusif, adaptif, dan partisipatif,” tegas Gogot.

Lewat digitalisasi pembelajaran, Kemdikdasmen berharap generasi muda Indonesia bisa menutup learning loss, memperkuat literasi, dan bersiap menghadapi tantangan global. (Tri Wahyuni)

Related posts