Suara Karya

Disayangkan, Baru 72,4 Persen Desa di Indonesia Miliki PAUD

JAKARTA (Suara Karya): Target pemerintah membuat satu lembaga PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di setiap satu desa tampaknya akan sulit tercapai pada 2020. Pasalnya, jumlah desa setiap tahun terus bertambah, namun anggaran terbatas.

“Upaya ini perlu melibatkan banyak pihak, termasuk swasta dan masyarakat. Jika berharap hanya pada pemerintah, target itu akan lama teralisasinya,” kata Dirjen PAUD dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Harris Iskandar usai membuka Konferensi Internasional Child Research Network Asia (CRNA), di Jakarta, Rabu (25/9/2019).

Hadir dalam jumpa pers itu, pakar PAUD Fasli Djalal, Direktur CRNA, Yoichi Sakakihara, Presiden Direktur Benesse Indonesia, Keiko Toyoizumi dan perwakilan dewan CRNA untuk Indonesia, Sofia Hartati.

Konferensi CRNA yang berlangsung 25-28 September di kampus Universita Negeri Jakarta (UNJ) itu dihadiri pakar PAUD dengan berbagai latar belakang pendidikan dari 8 negara anggota yaitu Indonesia, Jepang, China, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan dan Thailand.

Konferensi yang digelar untuk ketiga kalinya itu mengambil tema “Developing Children’s Well Being Through Education and Parenting. Sebelumnya konferensi CRNA sukses digelar di Shanghai China dan Jepang.

Kendati demikian, Harris optimis, target tersebut bisa tercapai dalam 3 tahun kedepan. Apalagi jika dibantu para Bunda PAUD yang ada di tingkat pusat, provinsi, kabupaten hingga kelurahan.

“Hanya di Indonesia, istri pejabat di setiap level dijadikan sebagai Bunda PAUD. Hal itu terbukti mampu menggerakkan masyarakat untuk mengembangkan PAUD di lingkungannya masing-masing,” ucap mantan Kepala Atase Pendidikan di Amerika itu.

Upaya lainnya, Harris menambahkan, mulai tahun ini dinas pendidikan di seluruh Indonesia mendapat tanggung jawab untuk mengembangkan PAUD di wilayahnya masing-masing. Keberhasilan dalam PAUD akan mendapat penilaian, sebagai bagian dari keberhasilan pendidikan di wilayah tersebut.

“Jika dulu PAUD, hanya menjadi program sampingan bagi dinas pendidikan, kini masuk dalam penilaian kinerja. Diharapkan dinas pendidikan serius dalam menggarap PAUD. Tentu saja, dibantu oleh para Bunda PAUD-nya,” kata Harris menegaskan.

Ia berharap aturan baru tersebut membuat PAUD berkembang dengan baik di seluruh Indonesia. Karena usia 0-6 tahun merupakan usia emas untuk tumbuh kembang anak. Perlakuan yang sesuai dengan neuro sains dapat membuat anak berkualitas di masa depan.

Hal senada dikemukakan Direktur CRNA, Yoichi Sakakihara. Karena itu, program CRNA termasuk pertukaran akademisi agar dapat belajar dari pengalaman negara lain. Yaitu, bagaimana memperbaiki lingkungan bagi tumbuh kembang anak dan pada akhirnya akan menimbulkan kebahagiaan bagi anak.

“Mengejar kebahagiaan anak dari sudut pandang biologis dan sosial menjadi penting. Hal itulah yang menjadi fokus dalam setiap konferensi CRNA yang telah dilaksanakan di tiga negara yaitu China, Jepang dan Indonesia,” kata Sakakihara menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts