JAKARTA (Suara Karya) : Yayasan Wadah Silaturahmi Ummat (Wasilah) menggelar ajang pencarian bakat konten kreator anak yang berfokus pada isu kemanusiaan di Palestina, Maqdisy Talent Hunt 1447 H, yang saat ini masuk tahap semifinal.
Acara yang berlangsung di Gedung Lotte Mart Bintaro, Tangerang Selatan, Jumat (5/9/25) itu menjadi bagian dari strategi dakwah kreatif Wasilah dalam menanamkan kecintaan pada Baitul Maqdis sejak usia dini.
“Ini adalah ikhtiar kami menyiapkan generasi muda yang berani bersuara, berkarya, danmembela Palestina dengan cara yang sesuai zamannya, yaitu lewat konten digital,” kata Ketua Yayasan Wasilah, Annisa Theresia Ebenna Ezeria Pardede atau akrab disapa Tere, mantan penyanyi yang kini aktif berdakwah.
Maqdisy Talent Hunt 1447H diikuti 20 semifinalis untuk peserta usia 5-14 tahun dengan berbagai kategori, mulai dari orator, kreator audio-visual, narasi digital, hingga storytelling.
“Dari ratusan pendaftar, panitia memilih 20 semifinalis yang kini tengah diuji oleh dewan juri, antara lain artis Meisya Siregar; penulis Emeralda Noor atau dikenal sebagai Dinda Benefiko; dan kreator visual, Taqarrabie.
“Dari 20 semifinalis, kita pilih 5 finalis terbaik yang akan tampil pada puncak acara Maqdisy Talent Festival pada 16 Januari 2026 bertepatan dengan peringatan Isra’ Mi’raj di wilayah Bintaro,” ucapnya.
Lebih dari sekadar lomba, ajang ini dimaksudkan untuk melahirkan ‘Maqdisy Talent Hunt’, sebutan bagi duta cilik tahunan yang diharapkan terus menyuarakan pembebasan Masjid Al-Aqsa dan kemerdekaan Palestina.

Perjalanan Tere sendiri menjadi inspirasi di balik lahirnya acara ini. Sejak memeluk Islam, ia menjadikan hidayah bukan hanya perubahan pribadi, melainkan langkah menuju perjuangan global.
“Dalam Al-Qur’an, surat Al-Isra’ itu jelas menyebut Baitul Maqdis sebagai saksi perjalanan Isra’ bagi Nabi Muhammad SAW. Kalau di Eropa, warga non-Muslim saja berani bersuara membela Palestina, masak kita sebagai umat Islam diam saja?” ucap Tere dengan nada tegas.
Baginya, dakwah digital dan pembinaan anak-anak bukan sekadar tren, melainkan strategi jangka panjang. Karena persatuan umat dan kepedulian terhadap Palestina harus ditanamkan sejak dini, agar Indonesia kelak siap jika sejarah memanggil untuk ikut membela Masjid Al-Aqsa.
Maqdisy Talent Hunt nantinya akan melahirkan komunitas Anak Bershalawat, wadah bagi para peserta untuk terus berkarya, bahkan jika tidak menjadi finalis.
Di dalam kegiatannya, anak-anak diajak memahami karya islami, berkisah tentang pahlawan Islam, hingga terlibat dalam gerakan budaya peduli Palestina.
“Ini bukan soal menang atau kalah. Ini soal mengembalikan peradaban Islam lewat wasilah karya seni dan literasi digital,” pungkas Tere. (Tri Wahyuni)

