Suara Karya

Itjen Kemdikbudristek Bangun ‘Rumah Cegah’ Bergaya ‘Indische’

JAKARTA (Suara Karya): Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) membangun ‘Rumah Cegah’ bergaya ‘indische’. Bangunan itu terlihat mencolok di tengah deretan gedung pencakar langit di jalan Sudirman Jakarta.

“Rumah Cegah ini diharapkan bisa menjadi simbol penangkal KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) di lingkungan Kemdikburistek, serta tiga dosa besar dalam pendidikan yaitu intoleransi, kekerasan seksual dan ‘bullying’,” kata Irjen Kemdikbudristek, Chatarina Muliana Girsang dalam peresmian Rumah Cegah tersebut, Senin (25/4/22).

Keberadaan Rumah Cegah itu untuk memberi kesempatan bagi para ‘whistle blower’ yang ingin melapor kasus KKN yang diketahuinya. Pelapor akan terjamin kerahasiannya.

“Jadi sekarang masyarakat tahu kan harus lapor kemana, jika menemukan adanya indikasi KKN yang dilakukan aparatur sipil negara (ASN). Silakan melapor ke Rumah Cegah yang ada di Kemdikbudristek. Kerahasiaan dijamin,” ucapnya.

Meski ada Rumah Cegah, lanjut Chatarina, masyarakat tetap bisa melapor kasus dugaan korupsi secara online lewat sejumlah aplikasi yang terintegrasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

“Jadi Rumah Cegah ini buat masyarakat yang tidak paham teknologi. Jadi cukup datang ke Kemdikbudristek Senayan, lalu melaporkan. Rumah Cegah sama seperti beberapa layanan umum yang dibuka di Kemdikbudristek,” tuturnya.

Ditanya apakah semua laporan akan direspon cepat, Chatarina menegaskan, pihaknya akan berupaya menindaklanjuti secepatnya. “Tetap butuh waktu. Karena banyak hal yang harus digali. Selain perlu skrining terkait bukti yang disampaikan. Kalau itu cukup lengkap dan bisa menjadi dasar untuk bergerak, itu akan kita lakukan segera,” kata Chatarina menandaskan.

Soal gaya ‘indische’ yang dipilih, Chatarina mengungkapkan, pihaknya ingin memadukan arsitektur Eropa/Belanda dengan rumah tradisional yang tampak pada ornamen kayu yang bisa ditemui di rumah berbagai etnis di Indonesia. “Khas ke-Indonesiaannya terlihat,” ujarnya.

Warna putih melambangkan birokrasi bersih dan melayani, sehingga tempat ini dapat digunakan untuk sarana informasi, pameran, diskusi, bahkan bisa untuk melepas penat dan berfoto. Karena salah satu tujuan dari Rumah Cegah ini menarik minat masyarakat untuk berkunjung.

Sekretaris Itjen (Sesitjen) Kemdikbudristek, Subiyantoro menambahkan, gedung mungil itu sebenarnya elaborasi dari fungsi pos keamanan. Ia berharap, Rumah Cegah dapat bermanfaat semaksimal mungkin oleh masyarakat sejalan dengan semangat Merdeka Belajar.

Bertempat di lokasi yang sama, Itjen Kemdikbudristek juga membuka pameran tunggal lukisan Abbas Alibasyah yang difasilitasi Galeri Nasional. Ke depan, untuk menarik kunjungan masyarakat, secara berkala, akan dilakukan pameran di bangunan Rumah Cegah.

Pameran perdana kali ini menampilkan lukisan reproduksi karya Abbas Alibasyah dari koleksi Galeri Nasional. Pemilihan Abbas Alibasyah sebagai pelukis pertama bukannya tanpa alasan. Abbas Alibasyah adalah mantan Inspektur Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang mengawali karir sebagai pelukis dan kemudian menjadi pendidik.

Pada kesempatan ini, sebanyak 8 lukisan dipamerkan. Lukisan bermedia kanvas itu dibuat dalam kurun waktu 1969 hingga 1991. Abas Alibasyah (1928-2016) sendiri lahir di Purwakarta dengan nama Alibasyah Natapriyatna.

Ia bergabung dengan Keimin Bunka Shidoso di Bandung dan Sanggar Pelukis Rakyat di Yogyakarta. Abas Alibasyah menempuh studi di Akademi Seni Rupa Indonesia/ASRI (1950-1956) dan studi ke Belanda (1968).

Karyanya mendapat pengaruh dari Barli Sasmitawinata, Affandi, Hendra Gunawan, dan Sudjana Kerton. Karya-karyanya bergaya realistik, surealistik, hingga abstrak yang mengolah bentuk-bentuk patung etnis. Ia pernah melakukan pameran di Australia, Prancis, dan negara lainnya.

Di penghujung acara, Irjen Chatarina melakukan pemotongan pita di pintu masuk Rumah Cegah, yang menandakan pintu bangunan ini resmi terbuka bagi masyarakat. Selain itu, ia juga menandatangani prasasti peresmian gedung yang dilanjutkan dengan tur mengelilingi bagian dalam bangunan dan pameran lukisan Abbas Alibasyah. (Tri Wahyuni)

Related posts