JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menggelontorkan dana hingga Rp110 miliar untuk pelaksanaan 4 program di Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang).
Keempat program itu adalah Program Riset Konsorsium Unggulan Berdampak (RIKUB), Program Mahasiswa Berdampak: Pemberdayaan Masyarakat oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Program Pengabdian kepada Masyarakat Skema Pemberdayaan Berbasis Wilayah dan Kewirausahaan, serta Program Pengabdian kepada Masyarakat Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat Batch III.
“Keempat program itu nantinya akan dilakukan bersama sejumlah perwakilan perguruan tinggi,” kata Mendiktisaintek, Brian Yuliarto, di Jakarta, Rabu (10/9/25).
Brian Yuliarto menegaskan komitmen pemerintah untuk terus memaksimalkan kualitas riset di Indonesia. Untuk itu, Ditjen Risbang merumuskan kebijakan agar pendanaan yang relatif terbatas tetap mampu menghasilkan penelitian yang berdampak luas.
“Ditjen Risbang melakukan formulasi agar riset berkualitas tetap dapat dimaksimalkan meski dana terbatas. Saya berharap capaian yang ada terus dirawat, karena saya yakin banyak penelitian unggul yang bisa sidorong menuju hilirisasi,” ucapnya.
Brian juga menekankan pentingnya peran perguruan tinggi sebagai garda terdepan dalam menghadirkan solusi atas persoalan nasional, salah satunya melalui riset pengelolaan sampah.
“Jika hasil riset diterapkan di seluruh kampus, perguruan tinggi tidak hanya mampu mengelola sampahnya sendiri, tetapi juga berkontribusi terhadap pengelolaan lingkungan sekitar. Manfaatnya benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat,” kata Brian.
Dirjen Risbang, Fauzan Adziman dalam laporannya memaparkan rincian alokasi pendanaan. Program Riset Konsorsium Unggulan Berdampak (RIKUB) memperoleh alokasi sebesar Rp45,4 miliar untuk mendanai 82 proposal.
Untuk Program Mahasiswa, diberi dukungan pendanaan sebesar Rp30,1 miliar untuk 263 proposal. Pada bidang pengabdian kepada masyarakat, Skema Pemberdayaan Berbasis Wilayah dan Kewirausahaan dialokasikan dana Rp13,7 miliar untuk 101 judul proposal dari 67 perguruan tinggi.
Pada Program Pengabdian kepada Masyarakat Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat Batch III diberikan dana Rp34,7 miliar untuk mendukung 948 judul proposal dari 434 perguruan tinggi.
“Kami berharap riset dan inovasi dapat berkembang secara nyata dan langsung menjawab kebutuhan masyarakat,” kata Fauzan.
Program RIKUB merupakan skema riset kolaboratif yang mendorong sinergi antara perguruan tinggi dengan dunia usaha dan industri (DUDI), Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD), lembaga pemerintah, hingga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Program itu dirancang untuk menjembatani ‘valley of death’ yaitu fase kritis ketika banyak inovasi potensial gagal mencapai tahap hilirisasi produk.
Sementara itu, Program Mahasiswa Berdampak: Pemberdayaan Masyarakat oleh BEM dirancang untuk memperkuat peran mahasiswa sebagai pelaku utama pembangunan sosial melalui wadah organisasi mahasiswa.
Melalui kepemimpinan dan gerakan BEM, generasi muda diberi ruang strategis untuk merancang program ilmiah, memanfaatkan hasil riset sebagai dasar intervensi, serta berkontribusi langsung dalam memecahkan persoalan riil di masyarakat.
“Program ini tak hanya mendorong aksi sosial, tetapi juga menumbuhkan budaya reflektif, berpikir kritis, dan kolaboratif dengan pendekatan partisipatif bersama masyarakat,” ucap Fauzan.
Program Pengabdian kepada Masyarakat dirancang Kemdiktisaintek untuk memperkuat peran perguruan tinggi dalam pemberdayaan masyarakat.
Melalui Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat Batch III, program ini memberi kesempatan tambahan bagi perguruan tinggi untuk berpartisipasi lebih luas dan inklusif.
Dosen dan mahasiswa didorong terlibat aktif dalam merancang serta melaksanakan solusi atas persoalan nyata di lapangan, dengan menempatkan masyarakat sebagai mitra utama dalam setiap tahap kegiatan.
Di sisi lain, Program Pengabdian kepada Masyarakat Skema Pemberdayaan Wilayah dan Kewirausahaan merupakan salah satu inisiatif strategis Kemdiktisaintek yang berfokus pada penguatan kapasitas masyarakat.
Upaya itu dilakukan melalui dua pendekatan utama, yaitu berbasis potensi wilayah dan pengembangan kewirausahaan.
“Program ini dirancang untuk mendorong lahirnya solusi nyata atas permasalahan lokal, sekaligus mengoptimalkan keunggulan daerah agar memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat,” kata Fauzan.
Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Ditjen Risbang, I Ketut Adnyana menyampaikan memberi apresiasi kepada para penerima bantuan operasional yang hadir dalam acara penandatanganan kontrak.
Ia menegaskan, Kemdiktisaintek siap memberi bimbingan teknis bila diperlukan, guna mendukung kelancaran program.
“Kami memiliki dua harapan untuk skema-skema ini. Pertama, dampak yang nyata bagi penerima bantuan maupun masyarakat sasaran. Kedua, terjalinnya kolaborasi yang sehat, bukan kompetisi,” pungkas Direktur Ketut.
Melalui berbagai skema pendanaan tersebut, Kemdiktisaintek menegaskan komitmennya dalam memperkuat ekosistem riset dan pengabdian yang berkelanjutan.
Sinergi antara perguruan tinggi, mahasiswa, industri, dan masyarakat diharapkan mampu menghasilkan inovasi yang tidak berhenti di laboratorium, tetapi benar-benar memberi manfaat nyata bagi pembangunan bangsa. (Tri Wahyuni)

