JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) memberi penghargaan Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) 2025 Tahap II kepada 20 penggiat budaya asing, yang dinilai telah memberi dedikasi luar biasa terhadap pelestarian dan pengenalan budaya Indonesia di kancah global.
Ke-20 penerima kategori perorangan asing, disebutkan, yaitu He Lu (Tiongkok), Dietreich Drescher dan Ulrich Kozok (Jerman), Vilen Vladimirovich Sikorsky, Viktor Sumsky, Vladimir Anisimov (Rusia), serta Harry Albert Poeze dan Bernard (Ben) Arps (Belanda).
Selain itu ada Peter Carey (Inggris), Madoka Fukuoka (Jepang), Daniele Zepatore (Italia), Elizabeth Rose McPherson Davis (Portugal), Yilmaz Aydin (Turki), Kim Yekyoum (Korea Selatan), serta Elena Diez Villagrasa (Spanyol).
Untuk kategori lembaga asing, penghargaan diberikan kepada Lila Cita (Inggris), Friends of the Gamelan (Amerika Serikat), Kintari Foundation (Republik Ceko), Indonesia Scholarship Fiji Alumni (ISFA) (Fiji), dan Kelompok Gamelan Semara Winangun (Kanada).
Penghargaan diberikan Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon kepada Dr Ulrich Kozok dari Jerman, yang hadir secara langsung dalam acara yang digelar Jakarta, pada Selasa (21/10/25).
Fadli Zon dalam sambutan penutup pada acara Penghargaan AKI 2025 Tahap II menjelaskan, penghargaan tersebut diberikan sebagai bentuk apresiasi kepada lembaga dan individu asing, yang memiliki kecintaan mendalam terhadap budaya Indonesia.
“Selama ini kita jarang memberi apresiasi kepada lembaga dan individu asing. Padahal, meski bukan warga negara Indonesia, mereka memiliki kecintaan mendalam terhadap budaya kita,” ucapnya.
Fadli Zon mengajak masyarakat untuk berani bermimpi, bahwa kebudayaan Indonesia bisa menjadi pusat kebudayaan dunia dan menjadi superpower budaya yang menginspirasi peradaban global.
Fadli Zon yang didampingi Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha Djumaryo kembali menegaskan, pentingnya menempatkan kebudayaan sebagai pusat pembangunan bangsa.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang meletakkan kebudayaan sebagai jantung peradaban, bukan sekadar tempelan atau pelengkap. Kebudayaan adalah fondasi bagi kedaulatan politik, kemandirian ekonomi, dan kekuatan kepribadian bangsa,” ucapnya.
Diuraikan 4 pilar strategis pemajuan kebudayaan, yaitu pelindungan terhadap objek pemajuan kebudayaan; pengembangan ekosistem dan potensi budaya; pemanfaatan budaya untuk kesejahteraan dan diplomasi; serta pembinaan sumber daya manusia kebudayaan.
“Kita ingin ekosistem kebudayaan tumbuh, inklusif, dan adaptif. Kebudayaan harus menjadi motor penggerak ekonomi kreatif sekaligus perekat persatuan bangsa,” ujarnya.
Penghargaan AKI 2025 Tahap II mencakup 5 kategori. Selain perorangan dan lembaga asing, kategori lainnya adalah Anjungan Daerah TMII; Taman Budaya; Museum; dan Pemerintah Daerah.
Untuk Anjungan Daerah TMII, penghargaan diberikan kepada Anjungan Bali, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Penghargaan Taman Budaya diberikan kepasa UPTD Taman Budaya Provinsi Bali; Jawa Timur; dan Jawa Tengah.
Kategori Museum, penghargaan diberikan kepada Museum Aceh; Museum Adityawarman; Museum Lambung Mangkurat; Museum Sonobudoyo; UPTD Museum Bali; Museum Bung Karno Blitar; Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta; Museum RA Kartini Rembang; Museum Sasmitaloka Jenderal Besar AH Nasution; dan Museum Dewantara Kirti Griya.
Untuk kategori Pemerintah Daerah, penghargaan diberikan kepada Provinsi DI Yogyakarta; Bali; Jawa Tengah; Bengkulu; Riau; Jawa Timur; Jambi; Kabupaten Kuantan Singingi; Kabupaten Natuna; dan Kabupaten Sorong.
Acara itu juga menjadi momentum refleksi satu tahun berdirinya Kementerian Kebudayaan. Sekretaris Jenderal Bambang Wibawarta menyerahkan buku berjudul ‘Satu Tahun Kementerian Kebudayaan’ kepada Menteri Kebudayaan, Fadli Zon sebagai simbol capaian kerja.
Tiga Direktur Jenderal ikut memaparkan hasil kerja masing-masing bidang, termasuk program Gerakan Seniman Masuk Sekolah, Fasilitasi Kekayaan Intelektual Berbasis Budaya, pencatatan Warisan Budaya Takbenda Indonesia ke UNESCO, hingga aktivasi Rumah Budaya Indonesia di berbagai negara.
Malam apresiasi AKI 2025 dihadiri Wamen Dalam Negeri III Akhmad Wiyagus, Gubernur Jambi Al Haris, Ketua Asosiasi Museum Indonesia Putu Supadma Rudana, serta perwakilan kementerian, lembaga, dan para budayawan dari berbagai daerah. (Tri Wahyuni)