Suara Karya

Kemkes Integrasikan Diari Diabetes Anak Digital ‘Primaku’ di Aplikasi SatuSehat

JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Kesehatan (Kemkes) mengintegrasikan diari diabetes anak dan remaja digital yang dikembangkan ‘Primaku’ ke dalam aplikasi SatuSehat.

Langkah kolaboratif tersebut bagian dari upaya meningkatkan pemantauan diabetes pada anak dan remaja dengan teknologi digital. Sehingga anak mendapat perawatan yang tepat dan bisa hidup sehat.

“Saya berharap, ke depan tak ada lagi anak dengan diabetes datang ke rumah sakit dalam kondisi kritis,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam acara yang berlangsung di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, Minggu (24/11/24).

Peluncuran Primaku di SatuSehat bertepatan Hari Diabetes Sedunia yang diperingati setiap 14 November. Tahun ini mengangkat tema ‘Caring Diabetes, Caring Well-Being’ yang mencerminkan pentingnya perawatan diabetes secara menyeluruh, mencakup kesehatan fisik dan mental.

Hadir dalam kesempatan yang sama Direktur Utama RSCM, dr Supriyanto; dan Project Lead Changing Diabetes in Children (CDiC) Indonesia, Prof Dr dr Aman B Pulungan, SpA(K); dan Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Piprim Basarah Yanurso, SpA(K).

Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam sambutannya menyampaikan komitmennya untuk penanganan penyakit diabetes sejak dini melalui deteksi dini. Kegiatan tersebut harus dilakukan secara masif di tingkat Puskesmas.

“Kita bisa mulai lewat pemeriksaan kadar glukosa dalam darah dalam 2-3 bulan terakhir atau tes HbA1c untuk anak dan remaja. Jika angkanya diatas normal bisa dilakukan pengobatan, agar anak terhindar dari kasus gagal ginjal yang kian marak akhir-akhir ini,” tuturnya.

Selain itu, Menkes menyebut perlunya standarisasi tatalaksana diabetes pada anak agar penanganannya tepat dan cepat, agar anak bisa kembali sehat. “Semua pihak punya peran yang jelas mulai dari Puskesmas hingga rumah sakit,” ujarnya.

Terkait hal itu, Direktur Utama RSCM, dr Supriyanto, SpB, MKes mengatakan, sebagai rumah sakit rujukan nasional, RSCM mendukung penuh inisiatif Menkes hingga menjadi langkah nyata, mempermudah layanan kesehatan anak dengan diabetes sehingga perawatan lebih terarah dan efektif.

“Inovasi ini memperkuat komitmen kami dalam memberikan layanan kesehatan terbaik,” ucapnya.

Sementara itu, Project Lead CDiC Indonesia, Aman B Pulungan mengungkapkan, kasus diabetes pada anak dan remaja di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

Data dari CDiC Indonesia menunjukkan lebih dari 1.500 anak di Indonesia hidup dengan diabetes tipe-1 pada 2024. “Jika tidak terkontrol, diabetes pada anak dapat menurunkan kualitas hidup dan berisiko sebabkan kematian,” katanya.

Meski demikian, lanjut Aman Pulungan, anak yang terkena diabetes juga tetap bisa menjalani hidup sehat dengan dukungan yang tepat.

“Diabetes pada anak bukanlah akhir dari segalanya. Dengan perawatan yang baik, dukungan keluarga, serta akses terhadap alat seperti Diari Diabetes Digital, anak dapat menjalani hidup sehat dan berprestasi seperti anak-anak lainnya,” ucapnya. ungkapnya.

Pasien diabetes anak, Kayla Athaya Lainatussifa menuturkan pengalamannya hidup sebagai pasien diabetes sejak usia dini.

“Setiap hari saya harus memantau gula darah, menyuntik insulin, dan menjaga pola makan dengan ketat. Kadang, hal itu membuat saya merasa berbeda dari teman-teman,” tuturnya.

Bahkan Kayla kadang merasa penyakitnya itu mengganggu aktivitasnya di sekolah. “Saya tahu penyakit ini tak bisa disembuhkan. Tapi dengan menjalani perawatan yang benar, saya bisa menjalani hidup seperti teman-teman yang lain,” ucap Kayla.

Dalam sesi bincang inspiratif bertema ‘Pentingnya Kesehatan Mental bagi Anak dan Remaja dengan Diabetes’, Penasehat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Kesehatan, Ida Budi Gunadi Sadikin menegaskan, semua anak diabetes memiliki kesempatan yang sama dengan anak lainnya dalam menggapai cita-cita.

“Dengan pengelolaan yang tepat, anak dengan diabetes dapat menggapai cita-citanya sebagai dokter, guru, polisi, tentara, pilot, penulis, influencer, dan lain-lain. Tugas kita untuk mendorong dan memberi dukungan agar mereka dapat meraih cita-cita,” katanya.

Narasumber lain, pakar kesehatan jiwa, yaitu Prof Dr dr Tjhin Wiguna, SpKJ(K) menekankan pentingnya peran keluarga dalam membangun ketahanan emosional anak.

“Perjuangan melawan diabetes tak hanya soal mengelola gula darah, tetapi juga menjaga semangat, resiliensi dan kesejahteraan mental anak. Untuk itu, keterlibatan keluarga, terutama orangtua adalah kunci utama,” ujarnya.

Ditambahkan, remaja dengan diabetes tidak berbeda dengan remaja pada umumnya karena setiap orang adalah unik adanya. (Tri Wahyuni)

Related posts