Suara Karya

Kemkes Sebut 14 Aplikasi Layanan Telemedik Ini Aman Digunakan

JAKARTA (Suara Karya): Chief Digital Transformasi Office (DTO) Kementerian Kesehatan (Kemkes), Setiaji menyebut 14 aplikasi layanan telemedik yang dinyatakan aman digunakan oleh masyarakat.

“Meski semua aman, namun ada 6 aplikasi kami beri status dibina dan 8 aplikasi berstatus diawasi,” kata Setiaji yang juga menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan di Jakarta, Kamis (21/12/23).

Pernyataan Setiaji disampaikan dalam keterangan pers bertajuk ‘Pemberian Rekomendasi Regulatory Sandbox Klaster Telekesehatan’.

Disebutkan, 6 aplikasi berstatus dibina adalah Good Doctor, Halodoc, Alodokter, Sehati TeleCTG, SIRKA dan Naluri. Aplikasi tersebut dinilai bagus, tetapi ada sedikit kelemahan. Diberi waktu 3 bulan untuk perbaikan.

“Setelah memenuhi kriteria yang ditetapkan, aplikasi tersebut boleh mencantumkan logo Kementerian Kesehatan,” katanya.

Untuk 8 aplikasi lainnya dengan status diawasi adalah Getwell, Riliv, Lifepack, myclnq sehat, Klinik Simas Sehat, FitHappy, Cexup dan Medi+. Mereka diminta memperbaiki aplikasi selama 6 bulan sesuai kriteria yang ditetapkan Kemkes.

“Jika tidak memenuhi tenggat waktu 6 bulan, maka statusnya akan dicabut,” ujarnya.

Setiaji menjelaskan, perbaikan yang dilakukan umumnya terkait perizinan, memiliki teknologi yang dapat mengamankan data pengguna, agar tidak digunakan oleh pihak lain.

“Dokter yang bertugas memiliki kompetensi yang sesuai, bukan Artificial Intelligence (AI) atau pegawai biasa. Memiliki jumlah dokter sesuai dengan rasio yang ditetapkan Kemkes, dan aplikasi tersebut menjangkau seluruh Indonesia,” tuturnya.

Karena itu, lanjut Setiaji, pihaknya telah melakukan beragam uji coba terkait privacy data pasien; uji spesifik klaster seperti tata kelola; uji inklusivitas untuk penyandang disabilitas, seperti memiliki fasilitas text voice untuk tuna wicara, kontras yang disesuaikan untuk low vision dan fasilitas helpdesk.

“Aplikasi tersebut juga harus memiliki teknologi untuk para pengguna dengan bandwith rendah; dan kemampuan untuk berintegrasi dengan Satu Sehat serta gabungan dari semua aspek yang disebutkan sebelumnya,” kata Setiaji.

Jika uji inklusivitas bisa dipenuhi, lanjut Setiaji, maka kualitas aplikasi tersebut setara dengan yang ada di negara-negara maju seperti Inggris.

Ditanya soal aplikasi layanan telemedik diluar 14 yang direkomendasikan, Setiaji mengatakan, proses review belum selesai. Total aplikasi yang ada di Indonesia mencapai 140 yang terbagi dalam beberapa klaster.

“Yang mengajukan untuk review ada 61 aplikasi. Tahun depan kita lakukan review lagi, tapi lebih beragam dari layanan telemedik, obat-obatan dan marketplace untuk alat-alat kesehatan,” katanya. (Tri Wahyuni)

Related posts