Suara Karya

Keren, IP Trisakti Beri Sentuhan Digital pada Destinasi Wisata Kampung Tajur

JAKARTA (Suara Karya): Suara gemericik air dari sawah dan aroma kopi hitam yang diseduh di beranda bambu menjadi sambutan khas setiap pagi di Kampung Tajur, Purwakarta.

Namun di balik ketenangan desa itu, sedang tumbuh semangat baru, semangat transformasi menuju Homestay 5.0, sebuah gerakan digitalisasi pariwisata berbasis kearifan lokal.

Beberapa tahun pasca pandemi Covid-19, sektor pariwisata rakyat sempat terseok. Homestay yang dulu ramai tamu kini harus menata ulang diri.

Belajar dari pengalaman itu, tim dosen Institut Pariwisata (IP) Trisakti, yang dipimpin Dr Amalia Mustika, MM, MBA datang ke Kampung Tajur membawa inisiatif melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) bertajuk ‘Pendampingan Transformasi Homestay 5.0: Optimalisasi Layanan, Digital Marketing, dan Pengembangan Paket Eduwisata Berbasis Kearifan Lokal Pascacovid-19’.

Program berfokus pada pemberdayaan ibu-ibu pengelola homestay di Kampung Tajur. Mereka yang sebelumnya mengandalkan cerita dari mulut ke mulut, kini belajar menggunakan QR Code, membuat video promosi, hingga mengelola media sosial.

Seperti dikemukakan salah satu pengelola homestay yang akrab disapa Ibu Eni. Awalnya, ia mengaku takut memegang HP lama-lama, takut salah pencet. Tetapi sekarang, ia sudah bisa bikin video promosi sendiri.

“Kalau ada tamu datang, saya tinggal tunjukkan QR Code, semua informasi homestay langsung muncul,” ujar Ibu Eni sambil tertawa lepas.

Amalia menjelaskan, pendampingan tak hanya mengajarkan teknis digital, tetapi juga menanamkan rasa percaya diri bagi masyarakat. Mereka juga bisa bersaing di era modern, tanpa meninggalkan akar budaya.

Tim dosen juga membantu warga membuat papan informasi wisata, petunjuk arah, dan QR Code interaktif yang menampilkan profil homestay serta atraksi lokal, mulai dari aktivitas menanam padi, membuat gula aren, hingga belajar gamelan bambu.

Inovasi sederhana itu membuat pengalaman wisata menjadi lebih modern tanpa kehilangan sentuhan humanis khas desa. Wisatawan kini bisa menelusuri kisah di balik setiap atraksi dengan satu kali scan.

Ditambahkann transformasi Homestay 5.0 bukan hanya tentang digitalisasi, tapi juga tentang membangun kesadaran kolektif masyarakat untuk berinovasi tanpa meninggalkan jati diri.

“Kami ingin masyarakat Kampung Tajur menjadi pelaku utama dalam memajukan desanya melalui teknologi dan kearifan lokal.
Pariwisata 5.0 bukan berarti meninggalkan tradisi, justru memperkuatnya dengan cara baru,” tegasnya.

Berkat dukungann anggota tim, yaitu Savitri Hendradewi, MM, S.Par dan Dr Fachrul Husain Habibie, MM, kegiatan tersebut menjadi jembatan antara dunia akademik dan realita lapangan.

Kampung Tajur kini tak lagi sekadar destinasi tenang di kaki perbukitan Purwakarta, tetapi menjelma menjadi desa wisata berkarakter, di mana teknologi, budaya, dan keramahan berpadu dalam harmoni.

Setiap senyum tuan rumah, setiap klip video promosi, dan setiap QR Code yang dipindai, menjadi bukti bahwa transformasi digital tak harus menghapus nilai-nilai lokal, justru memperkuatnya.

Perjalanan Tim PkM IP Trisakti Kampung Tajur membuktikan pariwisata masa depan lahir dari kolaborasi, antara masyarakat, akademisi, dan teknologi.

Dari kampung kecil di Purwakarta ini, lahir inspirasi besar untuk membangun pariwisata Indonesia yang tangguh, inklusif, dan berjiwa lokal. (Tri Wahyuni)

Related posts