BOGOR (Suara Karya): Pelatihan bertajuk ‘7 Jurus BK Hebat’ yang digelar Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) hingga akhir Oktober telah menyentuh 19.200 fasilitator dasar, dengan latar belakang psikologi dan bimbingan konseling (BK).
“Angka itu setara 25,32 persen dari seluruh guru BK di Indonesia. Pencapaian ini belum pernah terjadi dalam sejarah pelatihan berbasis karakter,” kata Direktur Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus (PMPK), Ditjen Guru, Tenaga Kependidikan dan Pendidikan Guru (GTKPG), Kemdikdasmen, Putra Asga Elevtri, di sela kegiatan ‘Direktur Mengajar’ di SMAN 7 Kota Bogor, Selasa (18/11/25).
Melihat keberhasilan itu, lanjut Asga, permintaan adopsi pun datang dari berbagai pihak, termasuk Kemenag dan lembaga pendidikan nonformal. Permintaan itu juga pernah dilontarkan dari negara Thailand dan Brunei Darussalam.
“Permintaan adopsi saya terima dari pejabat pendidikan di Thailand dan Brunei Darussalam saat mempresentasikan 7 Jurus BK Hebat. Mereka ingin belajar dari kita. Saya bilang tunggu dulu, karena masih dalam proses,” ungkapnya.
Putra Asga Elevri merupakan salah satu arsitek utama program nasional ‘7 Jurus BK Hebat’ bersama para psikolog, praktisi, dan tim Kemdikdasmen.
Ia menjadi supervisor utama dalam proses penyederhanaan konten agar bisa diaplikasikan oleh semua guru, tak hanya guru BK.
“Program ini lahir dari kegelisahan Mendikdasmen Abdul Mu’ti terkait karakter anak Indonesia di tengah disrupsi digital. Pak Menteri ingin semua guru, bukan hanya guru BK bisa memahami emosi, potensi, resiliensi, dan karakter siswa,” ujarnya.
Awalnya, modul-modul psikologi yang disusun para ahli mencapai ratusan halaman dan sangat akademis. Pak Menteri menilai itu terlalu berat, dan tidak cocok untuk diterapkan guru di lapangan.
Asga kemudian memimpin proses ‘orkestrasi’ besar, bagaimana menyederhanakan bahasa psikologis menjadi konsep visual, narasi populer, dan aktivitas yang dapat dipraktikkan oleh guru.
“Ini bukan menyederhanakan ilmunya, tetapi menyederhanakan penyampaiannya. Kalau terlalu rumit, bisa hilang di tengah jalan,” tuturnya.
Saat mengajar di kelas X, SMAN 7 Bogor, Asga menyelipkan materi 7 Jurus BK Hebat dalam tantangan soal yang ia berikan. Mulai dari membangun resiliensi, mengenali emosi, hingga menumbuhkan keberanian untuk gagal dan mencoba kembali.
“Karakter tak bisa digantikan oleh kecerdasan buatan (AI). Karena itu, pentingnya para guru untuk membangun empati, imajinasi, kreativitas pada anak,” ujarnya.
Kemdikdasmen saat ini tengah menyelesaikan mekanisme percepatan pelatihan 7 Jurus BK Hebat, agar target 3 juta guru dapat dicapai lebih cepat dari rencana awal 2029.
Program nasional itu lahir dari kebutuhan untuk mengubah pendekatan bimbingan konseling dari yang bersifat reaktif, hanya mengurusi siswa bermasalah menjadi preventif dan menyeluruh.
“Semua guru harus bisa memahami emosi, potensi, dan perkembangan karakter siswa. BK bukan hanya untuk siswa yang memiliki masalah ekstrem,” ucapnya.
Ia memaparkan 7 Jurus BK Hebat sebagai panduan mendasar bagi guru untuk menumbuhkan kompetensi sosial-emosional siswa.
1. Mengenali Potensi Diri. Guru dibekali cara sederhana untuk mengidentifikasi bakat dan kekuatan siswa, termasuk melalui aktivitas visual dan percakapan terstruktur.
2. Mengelola Emosi Secara Sehat. Siswa belajar mengenali spektrum emosinya, memahami pemicunya, hingga merespons dengan cara yang tepat. Emosi bukan dilawan, diterima dulu, lalu dikelola.
3. Menumbuhkan Resiliensi. Guru melakukan permainan, simulasi, dan problem-solving bertahap yang menekankan bahwa gagal-coba lagi-berhasil adalah siklus alami belajar.
4. Menjaga Konsistensi & Disiplin Positif. Siswa dilatih membangun kebiasaan baik melalui tindakan kecil yang dilakukan terus-menerus, termasuk rutinitas positif harian.
5. Membangun Koneksi. Jurus ini mengajak siswa belajar membangun hubungan sehat: mendengarkan aktif, memahami perspektif, dan berkomunikasi tanpa menghakimi.
6. Menguatkan Kolaborasi. Lewat permainan peran dan studi kasus, guru mengajarkan kemampuan bekerja sama, menghargai peran, serta menyelesaikan konflik secara konstruktif.
7. Menata Situasi dan Lingkungan Belajar. Guru diajak memahami bagaimana kondisi kelas, interaksi, dan dinamika sosial memengaruhi perilaku siswa. Lingkungan ditata agar aman dan suportif.
Asga menambahkan, seluruh jurus itu kini tersedia dalam bentuk video 1 menit untuk tiap konsep, flashcard, kartu peran, board game, serta bahan tayang untuk digunakan guru dalam simulasi kelas.
“Ini bukan teori untuk kuliah. Ini untuk dimainkan, dipraktekkan guru dalam kelas,” tegasnya. (Tri Wahyuni)

