Suara Karya

Lewat PKM Mahasiswa FTI ITB Perkenalkan Rancangan Egrek Ergonomis di Desa Wonorejo, Kabupate Musi Rawas

JAKARTA (Suara Karya) : Berbagai cara yang diberikan dan diterapkan mahasiswa Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB untuk mendorong proses panen yang lebih aman dan mendukung peningkatan produktivitas petani kelapa sawit.

Hal itu yang diterapkan di Desa Wonorejo di Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, saat melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang berlangsung 10–11 Oktober 2025.

Tim yang dipimpin Prof. Ir. Hardianto Iridiastadi, MSIE., Ph.D., CPE, dari Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB ini hadir untuk memperkenalkan rancangan egrek ergonomis (alat untuk memanen kelapa sawit yang dilengkapi bilah pada ujung tongkat panjang) sebagai upaya mendorong proses panen yang lebih aman dan mendukung peningkatan produktivitas petani.

Desa Wonorejo dipilih sebagai lokasi kegiatan karena memiliki potensi besar pada komoditas kelapa sawit yang selama ini turut mendukung aktivitas ekonomi masyarakat. Di sisi lain, praktik panen di desa tersebut masih dihadapkan pada keterbatasan peralatan dan teknik kerja yang belum sepenuhnya terstandar.

Berdasarkan kondisi tersebut, ITB menetapkan Wonorejo sebagai lokasi pelaksanaan program pengabdian masyarakat guna memberikan pendampingan awal serta mengenalkan pendekatan panen yang lebih ergonomis. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pengabdian Masyarakat Bottom Up yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Layanan Kepakaran ITB.

Rangkaian kegiatan diawali dengan peninjauan lapangan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi kebun sawit dan aktivitas petani. Tim terlebih dahulu menyambangi rumah salah satu petani untuk membuka komunikasi, sebelum melanjutkan perjalanan ke kebun guna mengamati langsung proses panen serta peralatan yang digunakan sehari-hari. Observasi ini memberikan pemahaman mengenai dinamika kerja para pemanen serta potensi pengembangan yang dapat mendukung proses panen yang lebih aman dan efisien.

Setelah melakukan peninjauan lapangan, tim melanjutkan kegiatan dengan memperkenalkan rancangan egrek yang telah dimodifikasi agar lebih sesuai dengan prinsip ergonomi. Uji coba dilakukan langsung di kebun bersama para petani untuk melihat bagaimana alat tersebut berfungsi dalam kondisi panen yang sebenarnya.

Selama uji coba, para pemanen menyampaikan berbagai masukan terkait kenyamanan, keseimbangan alat, dan kemudahan penggunaan. Tanggapan tersebut menjadi bahan evaluasi bagi tim dalam menyempurnakan desain pada tahap pengembangan berikutnya.

Setelah melakukan uji coba alat, kegiatan dilanjutkan dengan penyelenggaraan sosialisasi keselamatan dan kesehatan kerja yang diikuti oleh para petani setempat. Pada sesi tersebut, tim menjelaskan prinsip kerja aman selama proses panen dan membuka ruang dialog melalui focus group discussion.

Para petani menyampaikan berbagai pengalaman dan kendala yang mereka hadapi, mulai dari rasa pegal saat bekerja, keterbatasan peralatan pelindung, hingga kebutuhan pelatihan teknis karena sebagian besar keterampilan panen masih dipelajari secara mandiri.

Sebagai penutup rangkaian kegiatan, tim turut serta mengikuti proses panen bersama para pemanen di lapangan. Proses ini mencakup pemotongan tandan buah segar, pengumpulan brondolan, hingga pengangkutan hasil ke tempat pengumpulan hasil (TPH).

Seluruh alur kerja diamati secara langsung untuk memahami tuntutan fisik serta potensi risiko ergonomi yang dihadapi petani. Melalui keterlibatan tersebut, tim memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi kerja pemanen dan kebutuhan perbaikan yang dapat meningkatkan keselamatan kerja dan efektivitas panen.

Pengabdian masyarakat ini menunjukkan komitmen ITB dalam mendukung pengembangan potensi perkebunan kelapa sawit di wilayah 3T sebagai salah satu sektor yang dapat diperkuat untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Temuan lapangan di Wonorejo memberikan gambaran mengenai kebutuhan petani dan pentingnya dukungan yang lebih terarah, baik melalui teknologi panen yang layak maupun pembinaan teknis berkelanjutan.

ITB berharap kegiatan ini dapat mendorong perhatian pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya agar kesejahteraan petani di wilayah 3T mendapat dukungan yang lebih optimal. Kehadiran ITB di Wonorejo juga mencerminkan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. (Warso)

Related posts