Suara Karya

Penuhi Kebutuhan Susu Domestik, Ultrajaya Berdayakan Ribuan Peternak

BANDUNG (Suara Karya): Ultra Jaya terus membangun kemitraan dengan peternak di Jawa Barat dan Jawa Timur guna memenuhi kebutuhan susu untuk produksi. Saat ini tercatat ada sekitar 50 ribu peternak di dua wilayah itu yang tergabung dalam satu wadah koperasi.

“Hampir 95 persen produk susu Ultra Jaya untuk pasar dalam negeri. Bukannya kami tak ingin ekspor, tapi kebutuhan di dalam negeri sangat tinggi,” kata Presiden Direktur PT Ultrajaya Milk Industry, Sabana Prawirawidjaya saat kunjungan ke pabrik dan peternakan sapi Ultrajaya di wilayah Kabupaten Bandung, Rabu (1/8).

Meski penjualannya di dalam negeri tinggi, Sabana menuturkan, konsumsi susu masyarakat Indonesia masih rendah. Diperkirakan jumlahnya sekitar 13 liter per kapita per tahun. Padahal susu baik untuk kesehatan.

Ditanya kondisi itu karena daya beli masyarakat rendah, Sabana mengatakan, bukan karena alasan itu. Tetapi daya jangkau masyarakat untuk membeli susu tidak merata. “Penjualan susu UHT atau susu segar dalam kemasan Ultra Jaya sangat besar di kota-kota besar di Indonesia,” ujarnya.

Di wilayah terpencil, lanjut Sabana, masyarakat lebih suka beli susu bubuk dan kental manis yang bisa disimpan lebih tahan lama. Karena itu susu UHT kurang digemari. “Tapi tidak apa, yang penting anak-anak masih bisa minum susu bubuk untuk pertumbuhan,” katanya.

Soal kemitraan dengan peternak, Sabana menjelaskan, hal itu sudah dilakukan sejak lama. Hal itu menjadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat. “Kerja sama ini bisa berlangsung lama karena kami membeli dengan harga yang bagus,” tuturnya.

Ultra sendiri memiliki peternakan sapi seluas 60 hektare, dengan 3.500 ekor sapi di wilayah Pengalengan bernama Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS). Usaha itu mampu memasok 45 ton susu sapi segar setiap hari ke pabriknya di wilayah Bandung Barat.

“Setiap susu yang kami terima dari peternak harus memenuhi kriteria. Jika tidak, hal itu akan mempengaruhi produk. Ini penting agar produk yang dikonsumsi masyarakat tetap berkualitas. “Setiap tahun ada sekitar 500 juta liter susu yang dikemas dalam teknologi UHT dijual di pasar,” katanya.

Sabana mengaku senang bisa bekerja sama dengan peternak sapi. Bahkan, pihaknya tengah mengupayakan pinjaman sangat lunak bagi para peternak sapi yang ingin menambah jumlah sapinya.

“Program pinjaman lunak bagi peternak ini sudah masuk tahap kedua,” ucap Sabana yang pada kesempatan itu didampingi Direktur Utama PT Ultrajaya Ito En Manufacture, Jutianto Isnandar dan General Manager Public Relations PT Ultrajaya, Muthasawwar.

Ultrajaya merupakan produsen susu dan sejumlah minuman dalam kemasan dengan teknologi UHT atau Ultra High Temperatur. Seperti dijelaskan Muthasawwar, UHT adalah teknologi pengolahan susu dengan memanaskan susu segar selama 4 detik dalam suhu 140 derajat celcius.

“Membunuh kuman dalam waktu cepat agar kandungan gizi dalam susu tetap terjaga,” katanya.

Untuk memastikan kualitas produknya, lanjut Muthasawwar, uji mutu dimulai dari bahan baku, selama proses pengolahan dan pengemasan hingga produk jadi. Bahkan setelah jadipun masih harus menunggu selama 6 hari untuk seleksi tahap akhir.

“Semua kontrol dilakukan secara sistemik dan terkoneksi. Kami mengadaptasi teknologi komputerisasi dalam pengolahan sejak 1995 dan menjadi pelopor di Indonesia,” katanya menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts