JAKARTA (Suara Karya): Politeknik Negeri Semarang (Polines) berhasil mengembangkan Satuan Pengisian Kendaraan Listrik (SPKL) dengan tenaga surya (matahari). Teknologi tersebut bisa menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah wisata alam.
“Karena menggunakan tenaga surya, alat ini bisa berdiri sendiri. Cocok untuk daerah wisata alam untuk mendapat pasokan listrik dengan kapasitas yang tidak terlalu besar,” kata peneliti SPKL Tenaga Surya Polines, Dwiana Hendrawati di kampusnya di daerah Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (13/10/23).
Dalam kesempatan itu, ia didampingi Wakil Direktur IV Polines, Eni Dwi Hardiwani.
Dwiana menjelaskan, pembuatan SPKL Tenaga Surya didanai dari Program Matching Fun dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) sebesar Rp526 juta.

SPKL Tenaga Surya yang berukuran seperti lemari baju dua pintu itu mampu menyimpan tenaga listrik hingga 5 ribu watt. Teknologi itu berhasil diuji coba pada sepeda dan mobil listrik yang dikembangkan perguruan tinggi vokasi tersebut.
“Untuk mendukung listrik SPKL ini, kami buat solar system-nya di atap gedung. Karena itu, pengembangan SPKL harus pertimbangkan juga soal lahan untuk solar system,” ujar perempuan yang memiliki beragam hasil penelitian tentang kelistrikan itu.
SPKL Tenaga Surya yang dikembangkan Dwiana kini diperbaharui mahasiswanya dengan menambah beberapa fungsi. Teknologi itu selain digunakan untuk mengisi daya listrik kendaraan bermotor, juga bisa digunakan untuk kebutuhan beragam peranti elektronik.
“SPKL Tenaga Surya ini sekarang jadi wahana pelatihan mahasiswa. Mereka baru saja menambah wifi untuk mengetahui apakah pengisian tenaga suryanya sudah maksimal secara online,” tuturnya.
Karena itu, kata sarjana lulusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada itu, SPKL Tenaga Surya bisa menjadi altenatif memenuhi kebutuhan listrik di daerah wisata alam. Terutama mengisi kebutuhan baterai handphone para pengunjung.
“Kami sedang mencari mitra untuk pengembangan SPKL Tenaga Surya untuk wisata alam yang tidak ada jaringan listrik di daerah tersebut,” katanya
Ditanya apa ada kendala dalam pengembangan SPKL Tenaga Surya, Dwiana mengatakan, nyaris tidak ada. Karena kampus telah banyak melakukan beragam penelitian terkait kelistrikan dari tenaga surya.
“Persoalannya mungkin pada pertanggungjawaban administrasi dana penelitiannya,” kata Dwiana yang sehari-hari sibuk menjadi dosen pada instrumentasi dan kontrol, program studi teknologi rekayasa pembangkit energi, Polines.
Dalam pembuatan SPKL Tenaga Surya, Dwiana menambahkan, pihaknya juga dibantu sejumlah mahasiswa terutama pada pemasangan solar system di atas gedung. Mahasiswa bisa belajar belajar, sekaligus pengembangannya untuk teknologi yang berbeda.
“Teknologi ini sesuai dengan harapan pemerintah karena menggunakan energi baru terbarukan. Semoga penemuan ini bisa dikembangkan menjadi lebih besar, sehingga listriknya bermanfaat bagi masyarakat,” kata Dwiana menandaskan. (Tri Wahyuni)

