Suara Karya

Tanoto Foundation Paparkan Hasil Studi PAUD di ACP 2024 Jepang

JAKARTA (Suara Karya): Tanoto Foundation (TF) bersama School of Parenting memaparkan hasil studi Pengasuhan Anak Usia Dini (PAUD) dalam acara Asian Conference on Psychology & the Behavioral Sciences (ACP) 2024 ke-14 di Tokyo, Jepang, pada Jumat (29/3/24).

ECED Ecosystem Lead, Tanoto Foundation, Fitria Herarti kepada media, di Jakarta, Rabu (3/4/24) menjelaskan, studi kuantitatif itu bertujuan untuk mengetahui praktik pengasuhan anak yang responsif dan ketersediaan bahan belajar pada anak usia 0-3 tahun di Indonesia.

Hasil studi berjudul ‘Optimizing Child Development Through the First Three Years: The Important of Responsive Parenting and Early Learning Stimulation’ itu nantinya
menjadi dasar untuk intervensi dan penelitian lebih lanjut terhadap keluarga Indonesia.

Hasil studi menunjukkan, perbedaan tingkat pendidikan, ekonomi, dan tempat tinggal pengasuh menjadi elemen yang berpengaruh terhadap optimalisasi pengasuhan anak.

“Semakin tinggi tingkat pendidikan dan ekonomi orang tua atau pengasuh, cenderung semakin baik kualitas pengasuhan terhadap anak,” ujarnya.

Ditambahkan, pengasuh dengan pendidikan yang lebih tinggi memberi permainan yang lebih bervariasi, mulai dari fisik-motorik, edukatif, dan imajinatif seperti bermain peran, yang memberi kesempatan anak bermain secara konstruktif.

Sebaliknya pengasuh dengan pendidikan dan ekonomi yang lebih rendah memberi lebih banyak aktivitas fisik seperti berlari, menarik, dan mendorong yang hanya melatih motorik.

Orang tua dengan pendidikan lebih tinggi juga memiliki kesadaran lebih baik untuk menstimulasi anak dengan membacakan buku.
Hanya 21,4 persen responden membacakan buku pada anaknya minimal 3 kali seminggu, sedangkan 56,6 persen orang tua tidak pernah membacakan buku kepada anaknya.

“Temuan itu senada dengan rendahnya tingkat literasi di Indonesia yang perlu ditingkatkan lagi,” katanya.

Fitria menyebut, pengasuhan anak usia nol sampai tiga tahun merupakan periode penting bagi pertumbuhannya, karena di masa itu perkembangan otak anak mencapai 80 persen dari ukuran otak manusia dewasa.

Sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal di periode itu, perlu pengasuhan yang responsif agar tanggap terhadap kebutuhan dasar anak dan tersedianya bahan belajar di sekitar anak.

“Dalam praktiknya, pengasuhan anak yang tidak tepat di Indonesia masih tinggi,” ucap Fitria menegaskan.

Mengutip Laporan Anak Usia Dini Indonesia tahun 2021 menunjukkan, 4 dari 10 anak usia dini di Indonesia masih menerima pengasuhan yang tidak tepat. Tak hanya itu, Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) tahun 2023 memperlihatkan, 5.604 kasus kekerasan terhadap anak, dimana 730 korbannya adalah anak-anak usia 0-5 tahun.

“Diperlukan intervensi berbagai pihak, baik pemerintah dan swasta untuk mendukung orangtua dan anak terutama dari keluarga kurang mampu untuk peningkatan kesadaran dan keterampilan pengasuh, edukasi pengasuhan yang tepat dan penyediaan materi pembelajaran untuk anak,” ucap Fitriana menandaskan.

Hal senada dikemukakan Dhisty Azlia Firnandy dari School of Parenting. Katanya, pemberian materi belajar juga menjadi temuan dari studi di mana objek belajar merupakan media penting untuk menunjang proses belajar anak.

“Belajar dalam konteks ini adalah kesempatan anak memahami lingkungan sekitar melalui inderanya dan eksplorasi terhadap lingkungan. Jadi bukan belajar dalam sistem pendidikan yang terstruktur, misal di PAUD,” katanya.

Ruangan khusus untuk bermain atau belajar, alat belajar, dan mainan sebagian besar dapat diakses oleh responden yang berdomisili di perkotaan. Dan tidak lebih dari 29 persen pengasuh yang tinggal di pedesaan dapat memberi materi pembelajaran kepada anaknya.

Dikatakan, diluar semua itu, pengetahuan pengasuh menjadi faktor pendukung lain dalam terciptanya pengasuhan yang optimal.

“Dari studi ini kami temukan 44 persen orang tua kurang memahami pemberian stimulasi sesuai usia anak. Hal itu karena pengetahuan tentang tumbuh kembang dan stimulasi anak yang mereka miliki masih rendah,” ujarnya.

Sementara itu, Country Head Tanoto Foundation Indonesia, Inge Kusuma mengatakan, studi ini merupakan salah satu bentuk komitmen Tanoto Foundation untuk meningkatkan pengasuhan anak usia dini untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia di Indonesia di masa depan.

“Kami senang dapat bekerja sama dengan School of Parenting dan bangga dapat memaparkan studi ini di ACP 2024,” katanya.

Ditambahkan, pembelajaran yang berfokus pada data dan bukti nyata melalui studi merupakan strategi Tanoto Foundation dalam mendesain program yang dapat memberi dampak nyata dan berkelanjutan.

“Kami harap studi ini juga dapat memunculkan studi lainnya di bidang pengembangan, pengasuhan dan pendidikan anak usia dini yang berkontribusi pada peningkatan kualitas pola pengasuhan anak usia dini di Indonesia,” ucap Inge.

Founder School of Parenting, I Gede Dharma Putra mengatakan, School of Parenting merasa bangga bisa bekerjasama dengan Tanoto Foundation dalam penelitian kuantitatif untuk mengetahui praktik-praktik pengasuhan di Masyarakat.

“Hasill penelitian ini membuktikan adanya kebutuhan orang tua untuk meningkatkan keterampilan pengasuhan sehingga anak dapat tumbuh kembang optimal,” ucapnya.

I Gede Dharma Putra berharap semakin banyak penelitian dan program intervensi untuk meningkatkan kemampuan pengasuhan pada orang tua, dan School of Parenting bisa terlibat berkolaborasi dan berkontribusi.

Studi dilakukan di 3 kota di Indonesia yaitu DKI Jakarta, Pandeglang dan Kupang. Responden sebanyak 1.200 orang tua pada Februari hingga Maret 2023.

Studi menggunakan instrumen HOME (Home Observation Measurement Environment/Pengukuran Observasi Rumah dan Lingkungan) yang diadaptasi sesuai konteks Indonesia.

ACP 2024 sendiri adalah konferensi internasional yang mengundang para peneliti, ahli, dan akademisi dari berbagai disiplin untuk bertemu dan bertukar ilmu, wawasan dan pandangan. Forum merangsang dialog yang memfasilitasi berbagi dan pertukaran ide untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia.

Diadakan bersama The Asian Conference on Aging & Gerontology (AGen2024) yang mempertemukan 747 delegasi dari 63 negara untuk membahas isu yang mendesak, tak hanya di bidang masing-masing, namun secara global, dan menggarisbawahi pentingnya keterlibatan lintas batas disiplin ilmu, nasional dan budaya. (Tri Wahyuni)

Related posts