JAKARTA (Suara Karya): Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH), Hanif Faisol Nurofiq memimpin kegiatan penanaman pohon di 2 lokasi strategis, yaitu kawasan Gunung Mas dan Titik Nol Kilometer Sungai Ciliwung di Telaga Saat.
Kegiatan tersebut diikuti lebih dari 1.000 peserta, yang terdiri dari pemerintah, pelajar, komunitas lingkungan, dan dunia usaha.
Penanaman itu bertujuan memulihkan lahan kritis di kawasan Puncak, yang memainkan peran vital sebagai daerah tangkapan air untuk wilayah Jabodetabek.
Menurut Menteri LH/Kepala BPLH, pemulihan DAS Ciliwung harus dimulai dari hulunya. “Hulu DAS harus menjadi prioritas utama dalam program restorasi lingkungan,” ujar Hanif.
Penanaman kembali pohon-pohon yang memiliki kemampuan menyimpan cadangan air, seperti pohon endemik daerah pegunungan adalah langkah strategis.
“Ini bukan tentang menjaga keseimbangan ekosistem, tetapi juga memastikan keberlanjutan kehidupan masyarakat di hilir,” ucapnya.
Penanaman pohon bukanlah sekadar seremoni, melainkan aksi konkret yang memberi manfaat jangka panjang. Pepohonan di hulu DAS membantu mengurangi risiko erosi, meningkatkan daya serap tanah, serta menjaga keseimbangan debit air sungai, terutama di musim hujan.
Menteri LH/Kepala BPLH menegaskan, tantangan utama dalam menyelamatkan DAS Ciliwung adalah konsistensi aksi nyata dalam implementasi kebijakan.
Kawasan Puncak, lanjut Menteri, adalah salah satu aset ekologis penting yang kini menghadapi tekanan besar akibat alih fungsi lahan, pembangunan masif, dan degradasi lingkungan.
“Sebanyak 72 persen wilayah DAS Ciliwung telah berubah menjadi lahan terbangun, sehingga mengurangi daya serap air dan meningkatkan risiko banjir di wilayah hilir seperti Jakarta,” ungkapnya.
Telaga Saat yang menjadi lokasi salah satu penanaman adalah sumber utama aliran Sungai Ciliwung. Rehabilitasi di Telaga Saat terbilang urgen, karena wilayah itu berfungsi sebagai daerah resapan dan penyeimbang hidrologi.
“Dengan melindungi kawasan ini, kita tidak hanya melestarikan sumber daya air bersih tetapi juga membantu mencegah bencana hidrometeorologis,” kata Hanif.
Pada kegiatan ini, sebanyak 2.450 bibit pohon termasuk jenis Mahoni dan Alpukat ditanam di kawasan Gunung Mas dan Telaga Saat.
Bibit-bibit tersebut diharapkan akan tumbuh menjadi vegetasi yang tidak hanya melindungi tanah dari erosi tetapi juga memperbaiki kualitas udara dan memperkuat keanekaragaman hayati.
Dengan dasar hukum yang kuat, seperti Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2020 tentang Tata Ruang Jabodetabek-Punjur, revitalisasi kawasan Puncak kini menjadi agenda prioritas nasional.
Upaya pemulihan Ciliwung tidak bisa dilakukan sendirian. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, organisasi masyarakat, dan individu sangat diperlukan.
“Dengan kerja sama semua pihak dan tekad yang kuat, kita bisa memulihkan Ciliwung menjadi tulang punggung ekologi Jakarta,” ujar Menteri Hanif.
Sungai Ciliwung menyimpan potensi besar untuk menjadi solusi bagi krisis lingkungan Jakarta. Penanaman pohon di hulu Sungai Ciliwung menjadi salah satu wujud nyata dari tanggung jawab Pertamina terhadap lingkungan dan generasi mendatang.
Direktur Logistik dan Infrastruktur PT Pertamina (Persero), Alfian Nasution menyampaikan dukungan penuh perusahaan terhadap rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung.
Sebagai perusahaan energi nasional, Pertamina berkomitmen kuat untuk mendukung upaya pelestarian lingkungan, termasuk menjaga kualitas air yang merupakan sumber kehidupan.
“Kegiatan penanaman pohon di hulu Sungai Ciliwung ini adalah wujud nyata dari tanggung jawab kami terhadap lingkungan dan generasi mendatang. Kami siap terus berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memastikan kelestarian lingkungan yang berkelanjutan,” ujar Alfian.
Kolaborasi strategis antara Pertamina, Kementerian Lingkungan Hidup, dan PT Perkebunan Nusantara menjadi landasan keberhasilan berbagai program lingkungan ini.
Penanaman pohon tersebut merupakan langkah kecil tetapi signifikan dalam upaya revitalisasi kawasan Puncak.
Untuk itu, Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH mengajak seluruh masyarakat menjadikan aksi penanaman pohon sebagai awal dari komitmen kolektif yang berkelanjutan.
Sebagai penutup, Menteri LH/Kepala BPLH menegaskan, Jakarta yang berkelanjutan bukan lagi sekadar mimpi, melainkan visi yang dapat diwujudkan melalui tindakan nyata.
“Menyelamatkan Ciliwung berarti menyelamatkan Jakarta, menyelamatkan manusia, dan menyelamatkan peradaban,” pungkasnya. (Tri Wahyuni)