Suara Karya

Deflasi Jakarta Berlanjut di Februari 2025, Tekanan Utama dari Sektor Perumahan dan Pangan

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta Arlyana Abubakar, (Foto: suarakarya.co.id/Bayu Legianto)

JAKARTA (Suara Karya): Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Jakarta mengalami deflasi sebesar -0,29% (mtm) pada Februari 2025. Meskipun lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat deflasi -1,50% (mtm), tren penurunan harga masih terjadi, terutama di sektor Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga serta sektor Makanan, Minuman, dan Tembakau. Namun, beberapa sektor seperti Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya serta Transportasi mencatatkan inflasi.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Arlyana Abubakar, mengatakan, secara tahunan (yoy), Jakarta mencatat deflasi sebesar -0,59%, lebih dalam dibandingkan deflasi nasional yang sebesar -0,09% (yoy). Salah satu faktor utama yang menyebabkan deflasi di Jakarta adalah kebijakan stimulus diskon 50% untuk tarif listrik rumah tangga di bawah 2.200 VA yang berlaku hingga Februari 2025. Kebijakan ini menyebabkan deflasi pada kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga sebesar -1,39% (mtm). Meskipun demikian, kenaikan tarif air minum PAM sedikit menahan laju deflasi sektor ini.

Sementara itu, kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau turut menjadi pendorong deflasi dengan mencatatkan penurunan harga sebesar -0,65% (mtm). Hal ini disebabkan oleh turunnya harga bawang merah, cabai merah, cabai rawit, dan tomat yang mengalami panen melimpah di berbagai wilayah sentra. Namun, deflasi lebih lanjut tertahan oleh kenaikan harga wortel akibat terbatasnya pasokan dari daerah sentra.

Di sisi lain, tekanan inflasi muncul dari kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, yang mengalami inflasi sebesar 0,83% (mtm). Faktor utama pendorong inflasi di kelompok ini adalah kenaikan harga emas perhiasan yang mengikuti tren global akibat meningkatnya permintaan emas sebagai aset safe haven.

Selain itu, sektor Transportasi juga mengalami inflasi sebesar 0,37% (mtm), dipicu oleh kenaikan harga BBM nonsubsidi serta tarif angkutan udara pasca berakhirnya diskon tarif saat periode Natal dan Tahun Baru 2024/2025. Realisasi inflasi yang terkendali di Jakarta tidak terlepas dari berbagai langkah strategis Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DKI Jakarta. Sepanjang Februari 2025, TPID telah melakukan berbagai upaya pengendalian inflasi, seperti penyelenggaraan Pasar Murah dan Pangan Bersubsidi, penandatanganan kerja sama antardaerah (KAD), serta pelaksanaan program urban farming dan monitoring pasokan menjelang Ramadan dan Idulfitri.

Arlyana menegaskan bahwa sinergi antara Pemerintah Daerah, Bank Indonesia, dan seluruh pemangku kepentingan yang tergabung dalam TPID DKI Jakarta akan terus diperkuat guna menjaga stabilitas harga melalui strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif). “Dengan berbagai upaya tersebut, inflasi Jakarta pada 2025 diharapkan tetap berada dalam sasaran 2,5±1%,” ujarnya. (Boy)

 

Related posts