JAKARTA (Suara Karya): Capaian nyata kepemimpinan Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon dalam satu tahun terakhir ditandai dengan berbagai terobosan besar, mulai dari percepatan pencatatan cagar budaya, diplomasi kebudayaan global, hingga lahirnya narasi baru tentang peradaban manusia yang berpusat di Nusantara.
“Saya minta seluruh jajaran bekerja ‘beyond the call of duty’ untuk memajukan kebudayaan Indonesia secara luar biasa,” kata Fadli Zon dalam acara ‘Bincang Bersama Menteri Kebudayaan: Setahun Kementerian Kebudayaan’ di Jakarta, Jumat (24/10/25) malam.
Fadli Zon menjelaskan, Kementerian Kebudayaan mencatat percepatan luar biasa pada bidang pelindungan budaya dan tradisi. Dari total 228 cagar budaya nasional yang terdaftar, ditargetkan bertambah 60 situs baru di akhir 2025 ini.
“Beberapa situs penting seperti Masjid Baiturrahman di Aceh, Istana Maimun di Medan, hingga situs Lore Lindu di Palu masih menunggu penetapan resmi sebagai cagar budaya. Pencatatan kita masih panjang, tapi sekarang sudah jauh lebih akseleratif,” ucapnya.
Selain itu, ada 15 museum baru diresmikan sepanjang tahun pertama, dengan total 481 museum secara nasional. Pemerintah juga melakukan standarisasi keamanan dan pengelolaan museum, serta digitalisasi 194 ribu koleksi artefak nasional.
Salah satu capaian monumental tahun ini adalah keberhasilan repatriasi 28.131 artefak dari Belanda, termasuk koleksi legendaris Dubois Collection yang berisi fosil Pithecanthropus erectus (The Java Man).
Fadli menyebut langkah itu sebagai momen penting untuk membangun narasi baru tentang asal-usul peradaban dunia.
“Selama ini kita dicecoki teori Out of Africa. Dari temuan arkeologis, kita harus berani membangun narasi baru, yaitu ‘Out of Nusantara’. Peradaban manusia bermula dari Indonesia,” ucapnya menegaskan.
Kementerian Kebudayaan berencana menampilkan koleksi Dubois sebagai bagian dari narasi besar ‘Peradaban Awal Dunia dari Nusantara’ di Museum Nasional, dengan ruang khusus bertema ‘early civilization’.
Kementerian Kebudayaan juga meluncurkan berbagai program inovatif seperti Budaya Go, kompetisi digital yang mengajak anak muda mengembangkan aplikasi dan solusi teknologi berbasis warisan budaya.
Di bidang seni pertunjukan dan musik, Konferensi Musik Indonesia (KMI) 2025 menghasilkan komitmen kuat membangun ekosistem musik nasional yang berkelanjutan.
Tim kerja yang terdiri dari pelaku industri kini tengah mengumpulkan data nilai ekonomi musik Indonesia untuk menyusun kebijakan berbasis riset.
“Ekosistem musik tidak hanya soal royalti, tapi juga nilai ekonomi dari event, merchandise, dan hak kekayaan intelektual,” kata Fadli Zon.
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Pengembangan, Pemanfaatan dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra mengatakan, tahun ini menjadi tonggak bagi penguatan Manajemen Talenta Nasional (MTN) di sektor budaya. Program itu mencakup pembibitan, pelatihan, coaching, hingga misi budaya ke luar negeri.
Di aektor film, tercatat prestasi gemilang, yaitu 34 sineas difasilitasi ke enam festival internasional, 27 film masuk nominasi, dan 5 film meraih penghargaan internasional.
“Indonesia bahkan dipastikan menjadi ‘Country Host’ Festival Film Cannes 2028, hasil lobi panjang dan pengakuan dunia terhadap karya sineas tanah air,” ujar Mahendra.
Indonesia juga mengajukan tiga nominasi baru ke UNESCO, yaitu Tempe (single nomination); Makyong (extension bersama Malaysia), dan Jaranan (joint nomination dengan Suriname).
“Ini bukti diplomasi budaya kita hidup dan produktif. Setelah tercatat di UNESCO, tugas kita memastikan warisan itu terus lestari dan bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.
Menbud Fadli Zon menambahkan, Indonesia juga semakin aktif dalam diplomasi budaya global melalui forum SANDI (Culture, Heritage, Art, Narratives, Diplomacy & Innovation). Forum tersebut melibatkan 40 negara sebagai jejaring kerja sama budaya dunia.
Kementerian juga memperkuat pelindungan bagi masyarakat adat dan penganut kepercayaan, termasuk fasilitasi sekretariat bersama di Taman Mini Indonesia Indah.
“Dari 2.000 komunitas adat, ada 190 yang memiliki perda pelindungan. Jumlahnya akan terus ditingkatkan,” ujarnya.
Fadli juga menginisiasi ‘Dewan Penyambung’ yang menjadi wadah kolaborasi antara pemerintah, filantropis, dan pengusaha untuk mendukung pelestarian budaya melalui skema non-APBN.
“Pelestarian budaya tak cukup hanya dengan APBN. Kita perlu gotong royong, kolaborasi, dan partisipasi publik,” ujarnya.
Menutup refleksi satu tahun Kementerian Kebudayaan, Fadli Zon mengenang masa awal pembentukan kementerian yang penuh tantangan organisasi dan birokrasi.
“Sulu kita sibuk urusan struktur organisasi. Tapi sekarang, kita sudah punya fondasi kuat. Akselerasi kebudayaan berjalan, diplomasi hidup, dan narasi besar Nusantara mulai menggema ke dunia,” pungkas Fadli Zon. (Tri Wahyuni)

