Suara Karya

Prof Arif Satria Resmi Pimpin BRIN, Ajak Peneliti jadi Pemimpin Perubahan

JAKARTA (Suara Karya): Prof Dr Arif Satria resmi menyandang Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Periode 2025–2029, setelah acara serah terima jabatan dengan Kepala BRIN sebelumnya, Dr Laksana Tri Handoko.

Dalam sambutan perdananya, Prof Arif mengajak seluruh peneliti dan aparatur BRIN untuk bersama-sama menjadi pemimpin perubahan (lead change) dan pemimpin masa depan (lead the future), dengan semangat kolaboratif dan daya imajinasi tinggi.

“Kepemimpinan yang saya maksud hari ini bukan soal ‘how to lead self’ atau ‘how to lead others’, tapi juga bagaimana kita ‘lead change’ dan ‘lead the future’. Kemampuan kita membaca sinyal perubahan dan berimajinasi menjadi kunci untuk menciptakan masa depan,” katanya, di Jakarta, Selasa (11/11/25).

Pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, pada 17 September 1971 itu menegaskan, masa depan tidak bisa diprediksi, namun dapat diciptakan. Pernyataannya itu mengutip ucapan mantan Presiden Amerika Abraham Lincoln, ‘the best way to predict the future is to create it’.

Menurutnya, setelah 4 tahun masa kepemimpinan Laksana Tri Handoko yang berhasil melewati fase institutional building, yakni membangun struktur, kultur, dan nilai-nilai organisasi, kini BRIN memasuki tahap baru, yaitu institutional development.

“Tahap ini kita berfokus pada penguatan fungsi, misi, dan norma kelembagaan, agar BRIN benar-benar menjadi rumah besar riset Indonesia yang solid dan produktif,” ujar Sarjana Pertanian (S1) lulusan IPB tahun 1995 itu.

Ia memberi apresiasi kerja keras Laksana Tri Handoko, yang akrab disapa LTH yang telah membangun pondasi kuat bagi BRIN.

“Sekarang saatnya kita melanjutkan dengan memperkuat fungsi dan nilai kelembagaan menuju organisasi berkelas dunia,” tegas pemilik gelar Doktor Ilmu Kebijakan Kelautan dari Kagoshima University, Jepang.

Prof Arif menyampaikan optimismenya terhadap kapasitas para peneliti BRIN, yang memiliki skill, kompetensi, dan talenta luar biasa. Hal itu akan menjadi modal besar untuk membangun reputasi BRIN di tingkat nasional dan global.

“Mari kita jadikan BRIN sebagai rumah bersama, tempat kita merasa nyaman, tempat lahirnya energi baru, dan pusat penciptaan inovasi yang bermanfaat bagi bangsa, kemanusiaan, dan kelestarian alam semesta,” ucap peraih penghargaan Dosen Berprestasi III IPB (2007).

Dalam pidatonya, Prof Arif juga menyinggung pentingnya semangat belajar tanpa henti. Ia mencontohkan tokoh seperti Prof Emil Salim yang hadir dalam acara, maupun Mahathir Mohamad yang tetap berpikir kritis dan peduli pada isu-isu global meski telah berusia lanjut.

“Einstein pernah berkata, ‘one who stops learning starts dying’. Dunia riset adalah dunia pembelajar sejati. Mari terus belajar dan berinovasi untuk Indonesia yang lebih maju,” katanya menutup pidato.

Sebelumnya, Laksana Tri Handoko dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih dan permohonan maaf kepada seluruh jajaran BRIN. Ia menegaskan, transformasi besar BRIN hanya mungkin terjadi berkat kerja keras seluruh ASN dan peneliti yang berani keluar dari zona nyaman.

Dalam acara itu, Handoko juga menyampaikan ucapan selamat kepada Arif Satria dan wakilnya Amarulla Octavian, seraya berharap kepemimpinan baru dapat membawa BRIN ke tahap yang lebih baik.

Pelantikan Prof Arif Satria sebagai Kepala BRIN dilakukan Presiden Prabowo di Istana Negara, Jakarta, pada Senin (10/11/25). Arif diminta untuk ikut memperkuat arah riset nasional yang sejalan dengan program prioritas Presiden Prabowo di berbagai bidang.

Kepada media, Prof Arif menyampaikan, penguatan riset di tingkat daerah menjadi prioritas utama BRIN. Ia menilai setiap provinsi memiliki keunikan masalah dan potensi lokal yang dapat dioptimalkan melalui pendekatan riset berbasis kebutuhan wilayah.

“Langkah konkret yang harus kita lakukan adalah bagaimana mempercepat pengembangan dan penguatan ‘sains technopark’ di setiap daerah. ‘Sains technopark’ akan menjembatani dunia riset dengan dunia industri,” ucapnya menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts