BOGOR (Suara Karya): Pelaksana tugas (Plt) Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 7 Kota Bogor, Ismartaya memberi apresiasi kegiatan ‘Direktur Mengajar’ yang digagas Ditjen Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru (GTKPG), Kemdikdasmen.
Kegiatan tersebut, menurutnya, tak hanya memberi inspirasi, tetapi juga membuka ruang dialog mendalam tentang tantangan nyata di sekolah.
“Apa yang disampaikan Direktur Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus, Kemdikdasmen Putra Asga Elevri sangat relevan dengan kondisi lapangan yang kami hadapi setiap hari,” kata Ismartaya di sela kegiatan ‘Direktur Mengajar’, Selasa (18/11/25).
Ia membeberkan kondisi riil, strategi, serta perubahan besar yang sedang berlangsung di sekolahnya. Meski menghadapi berbagai keterbatasan, mulai dari kekurangan guru hingga proses pembangunan ruang kelas yang mengganggu pembelajaran, SMAN 7 Kota Bogor justru menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam prestasi maupun budaya belajarnya.
Ismartaya, yang baru menjabat sebagai Plt Kepala Sekolah sejak 1 November 2025, sebelumnya adalah Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum, sekaligus guru matematika kelas XII dengan 36 jam mengajar per minggu.
Dalam pernyataannya, Ismartaya menyinggung keterbatasan tenaga pendidik yang cukup serius. “Guru fisika kami hanya satu orang untuk tiga kelas. Sampai-sampai kami harus meminta guru biologi untuk mengajar fisika,” ujarnya.
Selain itu, pembangunan ruang kelas baru membuat proses belajar harus dibagi secara bergiliran. “Kadang 2 hari masuk, satu hari belajar bersama karena kelas dipakai pembangunan. Tapi ini konsekuensi dari bertambahnya fasilitas,” ujarnya.
SMAN 7 mendapat empat panel interaktif untuk mendukung pembelajaran. Namun, jumlah tersebut dinilai kurang untuk sekolah dengan 27 kelas. Meski begitu, panel interaktif tetap digunakan secara terjadwal.
“Panel itu sangat berguna, tetapi karena jumlahnya terbatas, penggunaannya hanya pada waktu tertentu agar tidak cepat rusak,” jelasnya.
Ismartaya menyebut, konsistensi guru dalam menanamkan motivasi dan pola pikir bertumbuh berdampak langsung pada hasil belajar siswa.
“Kami dulu peringkat 10. Setelah guru-guru memberi motivasi kepada siswa, peringkat kami naik ke 3,” katanya.
Bahkan untuk pertama kalinya, SMAN 7 lolos OSN tingkat kota di bidang kimia dan matematika. “Secara logika itu sulit, tapi ternyata bisa. Anak-anak ini punya potensi besar bila dipicu dengan benar,” katanya.
Menghadapi risiko perundungan siber dan konten viral yang kerap menjerat remaja, sekolah memilih pendekatan penuh empati.
“Sekarang semua hal mudah diviralkan. Karena itu kami berupaya me’manusia’kan manusia. Kalau ada anak bermasalah, kami panggil, lalu kami ajak bicara. Alhamdulillah belum ada kasus bullying besar di sini,” jelasnya.
Terkait penerapan 7 Jurus BK Hebat, Ismartaya menjelaskan, SMAN 7 memberi ruang seluas-luasnya bagi siswa untuk mencari bantuan. Siswa bebas memilih guru BK mana pun untuk curhat.
“Setiap hari ada siswa yang datang ke ruang BK. Semua siswa boleh ke ruang curhat langsung. Yang penting siswa merasa aman,” tegasnya.
Ia menambahkan, koordinasi antara guru wali, guru mata pelajaran, dan guru BK menjadi kunci menangani perubahan perilaku siswa sejak dini.
Soal kehadiran Direktur Guru PMPK, Ismartaya menyebut hal itu menjadi momen penting di sekolahnya. “Ini jadi penghargaan besar bagi kami. Anak-anak sampai heboh dan ingin difoto,” katanya.
Di tengah segala tantangan, Ismardaya kembalo menegaskan, SMAN 7 akan terus meningkatkan kualitas pembelajaran dan pelayanan pendidikan.
“Meski berjalan dengan keterbatasan, kami berupaya terus bertumbuh. Ini perjalanan panjang, dan kami berkomitmen mengawal setiap anak menjadi versi terbaiknya,” kata Ismartaya menandaskan. (Tri Wahyuni)

