Suara Karya

Aplikasi Buatan Siswa Indonesia Raih Penghargaan di Malaysia

JAKARTA (Suara Karya): Aplikasi buatan siswa Indonesia raih penghargaan dalam kompetisi penemu muda, Young Inventors Challenge(YIC) di Kuala Lumpur, Malaysia pada 19-24 September lalu. Aplikasi bernama Heats (Healthy Apps Through) itu dinilai luar biasa, karena mampu menghitung kalori dari foto makanan yang diunggah.

“Tingkat akurasinya sekitar 90 persen. Masih perlu perbaikan, jika aplikasi ini ingin dikembangkan secara komersial,” kata penemu Heats, alumni siswa SMA Negeri 3 Semarang, Mochamad Abdurrozaq Hidayat dan Rifando Heri Suryawan di bandara Soekarno Hatta, Jakarta, Senin (24/9).

Berkat penemuannya itu, Abdurrozaq dan Rifando ditawari beasiswa kuliah di University of Malaysia. Namun, tawaran itu ditolak karena saat ini ia sudah terdaftar di program studi sistem informasi, Universitas Gadjah Mada (UGM). Sedangkan Rifando diterima di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), Semarang.

Abdurrozaq menuturkan, ia bersama Rifando tertarik mengembangkan Heats karena kurang sehatnya kebiasaan makan masyarakat Indonesia. Makan baru sebatas asal kenyang. Tak lagi memperhatikan kandungan gizi yang ada di dalamnya.

“Lewat Heats kami pandu pengguna dalam memilih makanan sehat dan mengukur nutrisi dari makanan tersebut,” ujarnya.

Ditambahkan, pengguna cukup memasukan data tinggi badan, berat badan dan usia. Alat tersebut akan membuat perencanaan makan harian, dengan jumlah kalori yang terukur. Jika pengguna menaati pedoman Heats, berat badannya akan terkontrol.

“Sebelum makan, pengguna bisa foto lalu unggah ke aplikasi. Nanti aplikasi akan memuat jumlah kalori yang ada dalam makanan tersebut. Aplikasi juga mengingatkan batas harian kalori yang boleh dikonsumsi. Ini sangat berguna bagi mereka yang sedang diet dengan cara sehat,” tuturnya.

Abdurrozaq mengaku senang jika ada industri yang tertarik dengan aplikasi yang dirancangnya bersama Rifando. Itu artinya, makin banyak penduduk yang memahami pola makan sehat. “Semakin sehat masyarakatnya, makin berkembang Indonesiq,” ucap Abdurrozaq.

Kasubdit Peserta Didik, Direktorat Pembinaan SMA, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Suharlan menjelaskan, YIC dilaksanakan oleh The Association of Science, Technology and Innovation (ASTI), sebuah organisasi non-pemerintah di Malaysia. Perhelatan itu diikuti 130 tim dari negara Asean dan China.

Ditambahkan, Indonesia mengirim 2 tim yaitu tim Rondowati Weleh dari SMAN 3 Semarang yang beranggotakan Abdurrozaq dan Rifando. Tim kedua adalah Mbah Renggo dari SMAN 5 Yogyakarta yang beranggotakan Muhammad Naufal Hakim dan Nuha Maulana Ahsan.

“Tim Mbah Renggo mengembangkan aplikasi bernama Tukatuku yang bertujuan memberdayakan toko kelontong menggunakan manajemen sistem informasi agar bisa bersaing dengan mini market modern. Sayang aplikasi yang dikembangkan Mbah Renggo tidak menang,” ujarnya.

Suharlan mengatakan, kedua tim itu sebelumnya adalah juara pada Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (Fiksi) dan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (Opsi). Sebelum berangkat, mereka menjalani pelatihan oleh tim akademis dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Ditambahkan, tim Rondowati Weleh mendapat 2 penghargaan sekaligus, yaitu best proposal dan 2nd best video competition. (Tri Wahyuni)

Related posts