JAKARTA (Suara Karya): Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta Arlyana Abubakar, menyoroti peran Jakarta sebagai pusat ekonomi dengan pangsa 16,64% terhadap ekonomi nasional. Sebagai provinsi di Indonesia dengan PDRB per kapita tertinggi dan interkoneksi yang kuat dalam aglomerasi Jabodetabek, Jakarta diakui sebagai tulang punggung ekonomi nasional.
Selain itu, Arlyana juga menekankan pentingnya stabilitas inflasi di Jakarta, khususnya sebagai hub distribusi pangan nasional, dengan 95% pasokan pangan bergantung pada luar daerah.
“Meskipun proyeksi pemulihan ekonomi pada triwulan IV 2023 positif, tantangan struktural dan siklikal, seperti ketergantungan pada pasokan pangan luar daerah dan volatilitas harga komoditas global, tetap menjadi fokus perhatian. Prospek pertumbuhan ekonomi Jakarta pada tahun 2024 tetap optimis, diperkirakan berkisar antara 4,8 – 5,6%, namun tantangan seperti ketersediaan lahan, tingkat upah minimum, dan isu lingkungan perlu diatasi untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan,” kata Arlyana pada Seminar Outlook Jakarta 2024 dengan tema ‘Optimalisasi Pertumbuhan Ekonomi dan Stabilisasi’ di Gedung Heritage BI Jakarta,” Rabu (6/12/2023).
Dia mengungkapkan, masih kuatnya pertumbuhan ekonomi Jakarta diprakirakan ditopang oleh intermediasi perbankan yang baik dengan perkiraan penyaluran kredit mencapai 10 – 12% pada 2024. Inflasi Jakarta di tahun 2024 juga diprakirakan akan terkendali, dengan sasaran inflasi yang semakin rendah, yaitu sebesar 2,5±1%. Kondisi ini didukung oleh kondisi cuaca yang lebih kondusif dan penguatan pengendalian volatile food, terutama melalui GNPIP (gerakan nasional pengendalian inflasi pangan).
Sementara itu, dalam konteks dinamika politik menjelang pemilihan umum 2024, Arlyana Abubakar menyisipkan catatan bahwa kinerja investasi dapat mengalami keterbatasan karena sikap “wait and see” investor, sesuai dengan pola historisnya.
Untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan stabilitas makroekonomi, strategi utama yang diusulkan mencakup tiga hal. Pertama, penguatan peran Jakarta sebagai kontributor utama perekonomian nasional melalui optimalisasi sektor ekonomi utama dengan pangsa terbesar, dengan fokus pada sektor perdagangan (Hub-Ecommerce), sektor industri pengolahan (otomotif dan kimia), sektor jasa keuangan (digitalisasi dan IFC-Regional), sektor informasi dan komunikasi (data center) dan sektor konstruksi (TOD dan infrastruktur hijau);
Kedua, memperkuat sinergi pengendalian inflasi, terutama melalui penguatan program Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam 4K (Ketersediaan pangan, Kelancaran distribusi, Keterjangkauan harga, dan Komunikasi yang efektif), serta kerjasama lintas daerah.
Ketiga, memperkuat sinergi mendorong eksosistem digital melalui Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) untuk sektor Pemerintah dengan penguatan digitalisasi transaksi Pemda, transportasi, dan bantuan sosial; serta sektor swasta yang menyasar pada sektor ekonomi potensial seperti pariwisata, pendidikan, dan kesehatan..
Kunci sukses dalam hal tersbut adalah sinergi dengan berbagai pihak, inovasi kebijakan yang responsif, dan konsistensi kebijakan sebagai fondasi untuk mencapai stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Seminar ini menjadi forum penting bagi para pemangku kepentingan untuk saling berbagi pandangan, wawasan, dan upaya kolaboratif guna mendorong Jakarta sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru. Bank Indonesia berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan pihak terkait demi merumuskan solusi yang efektif dalam menghadapi dinamika ekonomi yang terus berkembang.
Sekadar informasi, hadir dalam kesempatan itu para pemangku kepentingan yakni Sri Haryati (Asisten Perekonomian dan Keuangan Setda Provinsi DKI Jakarta), Inarno (Ketua ISEI Jakarta), dan Yoga Affandi (Sekretaris Umum PP-ISEI). (Boy)