Suara Karya

Dekatkan Mahasiswa ke Industri, STP Trisakti Gelar ‘Hospitality Familiarization Program’

JAKARTA (Suara Karya): Guna mendekatkan mahasiswa ke industri, Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti menggelar kegiatan ‘Hospitality Familiarization Program’. Diharapkan, mahasiswa angkatan 2022 tersebut dapat merasakan atmosfir dunia perhotelan yang sesungguhnya.

“Kami ingin mahasiswa mengenal pekerjaan yang akan digeluti setelah lulus, sekaligus merasakan tekanan di dunia kerja,” kata Ketua STP Trisakti, Fetty Asmaniati dalam acara yang digelar di Horison Grand Serpong, Kota Tangerang, Banten, Minggu (19/3/23).

Fetty dalam kesempatan itu didampingi Wakil Ketua I STP Trisakti Djoni Wibowo dan Wakil Ketua II STP Trisakti Nurbaeti.

Kegiatan diikuti 235 mahasiswa dari Departemen Pengelolaan Perhotelan semester dua. Sekitar 30 persen peserta merupakan mahasiswa penerima KIP Kuliah dari pemerintah dan beasiswa dari Pemda Provinsi DKI Jakarta.

Fetty menegaskan, mahasiswa penerima KIP Kuliah diperlakukan sama seperti mahasiswa reguler lainnya. Karena kualitas lulusan harus memenuhi standar yang ditetapkan bersama STP Trisakti dengan industri.

“Termasuk kegiatan ‘Hospitality Familiarization Program’ guna memberi mahasiswa ‘Hotel Experience’. Seharusnya kegiatan itu dilakukan awal semester, tapi baru dilaksanakan pada semester kedua ini,” ujarnya.

Pengenalan dunia perhotelan dilakukan pada semua lini, mulai dari department front office, kitchen, food and beverage service, dan housekeeping. Mahasiswa diharapkan dapat melengkapi ilmu yang diperoleh di kampus dengan dunia pekerjaan yang sesungguhnya.

Seperti dikemukakan Theo Giancarlo Tjandra, program sarjana terapan (D4) pengelolaan hotel STP Trisakti. Umumnya, ilmu yang diberikan tak jauh berbeda dengan pelaksanaannya di dunia kerja.

“Saya dapat pengalaman banyak lewat program ini, terutama saat di dapur. Ragam piranti masak di hotel yang lebih banyak dibanding di kampus. Hal yang tak terlupakan adalah saat mengikuti ‘Table Dinner Dinner’, ini menarik,” ujarnya.

Kendati demikian, lanjut Theo, pelaksanaan hotel experience oleh kampus memberinya banyak manfaat. Karena banyak pekerjaan di dunia perhotelan yang tidak terbayang sebelumnya.

“Saya sering menginap di hotel, tapi tidak tahu pekerjaan apa saja yang ada di dalamnya. Melalui kegiatan ini saya mendapat banyak pengalaman,” ucap Theo yang akan menjalani bisnis resto setelah lulus.

Pernyatan senada dikemukakan Meike Tay Jian Xiang. Ia bahkan merasakan tekanan pekerjaan yang luar biasa, dimana hal itu tidak dirasakan selama kuliah. “Lewat kegiatan ini, saya jadi ikut merasakan tekanan pekerjaan. Ini membantu saya mempersiapkan diri baik fisik maupun mental saat akan masuk ke dunia kerja,” ujarnya.

Sementara itu, Risyad yang bercita-cita menjadi Chef itu mengaku senang mendapat kegiatan hotel experience. Pengalaman yang tidak kan didapatkan di bangku kuliah.

“Saya belajar soal manajemen waktu di dapur, pengenalan alat dan presentasi makanan agar menarik. Ilmu yang perlu juga dipelajari, selain pintar masak,” ujar peraih medali perak dalam SIAL Interfood Competition itu.

Disinggung soal bidang housekeeping, ketiganya mengaku tak terlalu suka. Padahal ilmu tersebut bisa menjadi bekal untuk berhasil dalam bisnis. “Kelihatannya cuma bersih-bersih. Dan pekerjaan itu tidak menarik.”

Pernyataan itu disayangkan Djoni Wibowo, karena kemampuan dalam bersih-bersih berguna untuk bekerja maupun menjalankan bisnis. “Meski jadi pemilik, kita harus tahu tata cara bersih-bersih. Ilmunya berguna untuk memberi contoh kepada anak buah bagaimana menjaga lingkungan kerja tetap bersih,” kata Djoni.

Hal senada dikemukakan Nurbaeti. Kebersihan di lingkungan kerja juga penting saat menjalankan bisnis. Karena orang bisa batal makan di resto begitu lihat dapur restornya kotor dan berantakan.

“Paling tidak kita tahu cara membersihkan noda kerak membandel pakai bahan kimia apa. Tidak cuma modal gosok-gosok, tapi juga ada caranya,” kata Nurbaeti menandaskan.

Ditanya soal rencana magang yang akan dijalankan tahun depan, Theo maupun Meike mencoba industri di Hongkong dan Amerika. Mereka ingin mendapat pengalaman global saat magang. Sementara Risyad ingin magang di restoran dalam negeri untuk belajar teknik masak yang benar. (Tri Wahyuni)

Related posts