Suara Karya

Implikasi Nyata Penyalahgunaan Internet, Kemkominfo Tekankan Bahaya Hoaks!

JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menggelar kegiatan bertajuk literasi digital guna menekankan kembali bahaya hoaks, sebagai salah satu implikasi nyata penyalahgunaan internet.

“Di era digital saat ini yang memudahkan perkembangan teknologi, internet membawa banyak potensi,” kata Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pendidikan, Bambang Tri Santoso di Universitas Tadulako Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (19/3/24)

Bambang menyebut, internet memiliki 2 dampak yaitu positif dan negatif. Karena itu, penting untuk memperbanyak konten- konten positif untuk mengimbangi konten-konten negatif yang beredar melalui internet.

“Saya imbau kepada peserta untuk ikut berkontribusi di ruang digital dengan menciptakan konten-konten positif untuk memerangi berita hoaks yang beredar di internet,” ujarnya.

Bambang berharap, kegiatan Literasi Digital yang dilakukan bersama Universitas Tadulako akan memberi pemahaman praktis kepada peserta, agar tidak lagi melakukan penyalahgunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Disebutkan, 4 pilar literasi digital yang dinilai penting untuk disampaikan kepada peserta agar pemahamannya semakin meningkat ke arah yang lebih baik.

Hal senada disampaikan Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Tadulako, Ahmad Herman dalam paparannya berjudul Digital Ethics dengan pernyataan dualisme teknologi.

Menurut Ahmad, teknologi adalah ‘way of life’ tetapi bisa juga menjadi senjata yang berbalik bagi penggunanya, salah satunya adalah kemunculan hoaks.

“Hoaks muncul dari penyalahgunaan teknologi dan informasi. Gencar dan tidak dapat dihentikan 100 persen. Untuk itu, yang harus kita lakukan adalah menekan kemunculannya agar tidak berkembang menjadi masif dan menimbulkan gejolak sosial,” katanya

Ahmad melanjutkan, ada beberapa cara untuk kebal terhadap hoaks, antara lain membaca keseluruhan isi berita, berpikir kritis, check dan recheck, kurangin ‘baper’ atau bawa perasaan terhadap informasi yang sensitif.

“Penting untuk menahan jempol sebelum sharing, lapang dada, toleran dan sabar dalam berinteraksi, serta melatih integritas, dengan selalu jujur dan adil atas berita yang benar,” ujarnya.

Pandu Digital Badge Hitam, Fajar Eri Dianto memberi kiat-kiat untuk mendekonstruksi informasi yang didapat pengguna internet, terutama mahasiswa Universitas Tadulako.

Sedari awal, lanjut Eri, mahasiswa harus kritis dengan beragam analisis. Ia mencontohkan mulai dari pemikiran untuk dapat memahami kontradiksi dalam memaknai sebuah info, sehingga hal itu dapat mengubah teks dan merumuskan pemaknaan yang sesuai dan sengaja disembunyikan.

“Setelah memahami makna terselubung, mahasiswa diminta untuk menyusun ulang informasi yang didapat, dan merumuskan makna yang sebenarnya, sehingga terungkap makna terselubung dalam kabar tersebut,” tuturnya.

Lalu, kata Eri, mahasiswa harus berani untuk mengungkapkan makna yang terselubung itu secara benar. (Tri Wahyuni)

Related posts