Suara Karya

Kembalinya Mapel TIK Harus Didukung Infrastruktur dan SDM Kompeten

JAKARTA (Suara Karya): Mata pelajaran (mapel) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kini diajarkan kembali di sekolah, dengan nama baru Informatika. Jika tidak didukung infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten, dikhawatirkan mapel tersebut akan kehilangan arah.

“Di masa lalu, mapel TIK lebih banyak mengajarkan siswa bagaimana mengetik di komputer. Saya harap hal semacam itu terjadi lagi pada mapel Informatika,” kata pengamat pendidikan, Indra Charismiadji di Jakarta, Selasa (4/9).

Mapel Informatika, lanjut Indra, harus dapat mengajarkan pada anak cara berkomunikasi, kolaborasi dan berpikir secara komputeris. Anak terlatih berpikir dengan higher order thinking skills (HOTS), sebagai salah satu kriteria yang harus dimiliki generasi milenial.

“Belajar mapel Informatika tak harus jadi programmer. Itu kebutuhan dasar bagi generasi milenial. Jika tidak dipersiapkan dari sekarang, generasi muda bakal sulit bersaing di dunia yang makin global,” ucap Indra.

Ia berharap pemerintah memberi daya dukung pada mapel Informatika dengan cara menyediakan infrastruktur dan SDM yang mumpuni. Artinya, guru harus diberi pelatihan dulu agar memiliki kompetensi yang sesuai.

“Harusnya gurunya dilatih dulu agar paham apa target dari mapel Informatika. Karena ilmu gurunya masih jadul, nanti Informatika diajarkan dengan cara lama. Jangan sampai siswa yang ngajarin gurunya,” tutur doktor lulusan Amerika itu.

Dan tak kalah penting, menurut Indra, penyediaan jaringan internet di seluruh sekolah di Indonesia. Karena pengajaran mapel Informatika sangat tergantung pada jaringan internet.

“Ada beberapa wilayah di Indonesia hingga kini tak menikmati internet. Itu harusnya jadi prioritas. Jangankan Papua, di Jakarta sendiri ada wilayah yang sekolahnya belum tersentuh internet,” ujarnya.

Sebelumnya Kepala Pusat Buku dan Kurikulum (Kapusbukur), Kemdikbud Awaluddin Tjalla mengemukakan, mapel Informatika akan diajarkan di jenjang SMP dan SMA atau sederajat. Mapel akan masuk dalam kurikulum muatan lokal. Dengan demikian, pengembangannya diserahkan ke masing-masing daerah.

“Nantinya mapel Informatika juga akan diberikan sejak sekolah dasar (SD). Agar anak terlatih berpikir kreatif dan kritis sejak dini,” ujar Tjalla.

Ia mengakui penerapan mapel Informatika masih terkendala belum semua wilayah Indonesia tersedia jaringan internet. “Karena itu, mapel ini bersifat muatan lokal karena daerah yang tahu kesiapannya,” katanya.

Soal guru, Tjalla menjelaskan, saat tercatat ada 20 ribu dari 40 ribu guru TIK kini yang sudah memiliki sertifikasi kompetensi yang sesuai. Sisa 20 ribu guru yang belum memiliki kompetensi akan menjadi pekerjaan rumah pemerintah.

“Kami akan menggelar pelatihan bagi para guru TIK yang belum tersertifikasi. Semoga bisa dilakukan dalam waktu dekat,” ucap Tjalla menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts