Suara Karya

Kemdikbudristek Umumkan Pemenang Lomba Cipta Lagu Tradisi NTT

JAKARTA (Suara Karya): Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) mengumumkan 10 pemenang Lomba Cipta Lagu Tradisi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Lomba tersebut merupakan bagian dari rangkaian Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) yang secara rutin digelar untuk memperkokoh akar budaya tradisi di sejumlah daerah di Indonesia. Tahun ini, FMTI digelar di tiga lokasi, yaitu kawasan Danau Toba, Pulau Tidore dan Labuan Bajo.

Direktur Perfilman, Musik, dan Media (PMM), Ditje Kebudayaan, Kemdikbudristek, Ahmad Mahendra menjelaskan, ke-10 lagu tersebut akan diarensemen ulang, lalu direkam dan dibuatkan video dokumenter.

“Selain itu, kami juga akan menggelar Seminar Musik NTT pada 19-21 November 2021 dan Pesta Bunyi Flabomora pada 20 November 2021,” kata Mahendra dalam siaran pers, Kamis (21/10/21).

Ia memberi apresiasi atas karya yang dikirim penggiat musik tradisi di NTT. Dari 65 peserta yang mendaftar, sebagian besar adalah kaum muda. Mereka mengirim lagu baru dengan menggunakan alat musik tradisi dan melodi khas musik NTT.

“Saya bangga sekali, karena banyak anak muda NTT banyak yang berpartisipasi dalam acara ini. Artinya, yang muda semangat mempelajari dan memainkan musik tradisi di daerahnya. Ini sejalan dengan semangat Kemdikbudristek dalam mengidupkan dan mengembangkan budaya tradisi untuk regenerasi pelestari budaya,” ujarnya.

Motif atau DNA musik tradisi khas NTT 2021 semakin kaya melalui tema “Pesta Bunyi dari Selatan”. Rangkaian FMTI yang salah satunya digelar di Labuan Bajo, juga bertujuan untuk merevitalisasi alat-alat musik tradisi dan meningkatkan kapasitas penggiat musik tradisi dengan pelibatan secara aktif SDM budaya di kawasan NTT.

Salah satu juri yang juga musisi Dwiki Dharmawan terkesan dengan karya para peserta. “Saya salut dengan hasil karya para peserta yang berkualitas. Saya juga puas karena semua karya bisa mewakili lima wilayah budaya utama NTT,” ujarnya.

Dwiki menjelaskan, lagu yang dikirim sangat beragam, sehingga memotivasi kembalinya lagu-lagu ciptaan yang arahnya bukan untuk popular namun menggali akar budaya NTT. Para peserta mengemas lagu dengan mewakilkan 5 sub-kultur berbeda yang ada di NTT, yaitu budaya Pulau Timor, Pulau Sumba, Lamahot, Pulau Flores dan budaya pulau-pulau kecil di selatan seperti Rote.

Salah satu pemenang lomba, BS Icen mengaku bangga terpilih menjadi pemenang. “Bangga karena warisan nenek moyang saya dalam dunia seni ini mendapat apresiasi dari pemerintah,” kata Icen seraya menambahkan lagu ciptaannya berjudul ‘Purus’ itu menggunakan bahasa Manggarai Raya.

Ia berharap kegiatan lomba musik tradisi sering diadakan, agar aset budaya yang ada bisa diangkat musisis daerah. Sehingga musik tradisi dapat hadir di ruang yang lebih luas.

Dwiki juga berharap kegiatan semacam itu terus terlaksana sebagai wujud peran pemerintah dalam menjaga nilai budaya yang ada di Indonesia. “Saya gembira, pemerintah sebagai regulator hadir dengan lomba-lomba musik tradisi,” katanya.

Sebelumnya, Kemdikbudristek pada tahun yang sama yaitu 2021 juga menggelar Lomba Inovasi Musik Nusantara (Linmtara) untuk menggencarkan pengembangan musik tradisi di Indonesia.

Berikut daftar 10 pemenang Lomba Cipta Lagu Tradisi NTT, yaitu Sunny Nattu dengan lagunya berjudul Lais Manekat Ka Namnes; BS Icen (Purus); Simon Lakimbeli (Tana Sumba); Jeagril Pah (Rote Au Nusan); Sebo Emanuel (Rero Weta); Maria Fransiska Awi (Nagekeo Sa’o Mezhe); Alexander Kapoteng (Sumba Gu); Ryan JN (Hoja Hela); Yohanes Borgias Rega (Mai Jaga Nua Ola); Richard Petrus Ladi Niron (Rindu Bale). (Tri Wahyuni)

Related posts