JAKARTA (Suara Karya): Siswa Indonesia kembali meraih prestasi gemilang dalam tiga kompetisi internasional di negara yang berbeda, yaitu olimpiade biologi di Iran, kimia di Republik Ceko dan fisika di Portugal. Prestasi itu lagi-lagi menunjukkan siswa Indonesia tak kalah dibandingkan negara maju.
“Bahkan Indonesia ada di posisi 10 besar dalam olimpiade matematika di Rumania pada pertengahan Juli lalu. Kompetisi diikuti 136 negara,” kata Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas (SMA), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Purwadi Sutanto saat menyambut kepulangan para juara di bandara Soekarno Hatta, Senin (30/7) malam.
Pada kompetisi International Chemistry Olympiad (IChO) ke-50 di Ceko, tim Indonesia meraih 1 medali emas, 1 perak dan 2 medali perunggu. Untuk medali emas diraih Ong Christoper Ivan Wijaya, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Kristen YSKI, Semarang.
Sedangkan medali perak diraih Abdullah Muqoddam, siswa Madrasah Aliyah (MA) Negeri Insan Cendekia Serpong. Dua medali perunggu diraih Rizki Kurniawan dari SMA Negeri 1 Metro Lampung dan Muhammad Syaiful dari SMA Cindera Mata, Bekasi.
“Keempat siswa itu mewakili Indonesia dalam bersaing dengan 309 siswa dari 80 negara yang ikut tahun ini. Prestasi siswa Indonesia dari tahun ke tahun semakin cemerlang,” tutur Purwadi yang didampingi Kasubdit Peserta Didik, Direktorat Pembinaan SMA, Kemdikbud, Suharlan.
Pada kompetisi International Physics Olympiad (IPhO) ke-49 di Lisbon, Portugal, medali emas diraih Johanes, siswa SMAK Frateran, Surabaya. Medali perak oleh Jason Jovi Brata siswa SMAK 1 BPK Penabur, Jakarta
“Sedangkan 3 medali perunggu diraih Ahmad Aufar Thoriq dari SMA Semesta BBS, Semarang, Bryant Juspi dari SMA Darma Yudha, Pekanbaru dan Raditya Adhidarma Nugraha dari SMA Negeri 1 Yogyakarta.
“Kelima remaja itu mengharumkan nama Indonesia dalam ajang internasional yang diikuti 670 siswa dari 90 negara,” ucapnya.
Purwadi menjelaskan, para juara itu merupakan hasil seleksi berjenjang mulai dari tingkat sekolah, kabupaten/kota, provinsi hingga tingkat nasional pada ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) di Pekanbaru, Riau, pada 2017 lalu.
“Sebelum bertanding mereka menjalani pelatihan intensif selama 2 minggu. Karena materi lomba tidak sama dengan apa yang diajarkan di sekolah,” ujarnya.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik, lanjut Purwadi, setiap siswa berprestasi tingkat internasional akan mendapat penghargaan berupa beasiswa ke perguruan tinggi.
Ong Chritopher Ivan Wijaya (17), lulusan SMAK YSKI, Semarang mengaku bersyukur karena bertemu dengan guru yang dapat memotivasi, hingga bisa bersaing di ajang internasional. “Awalnya saya suka matematika. Kemudian saya ketemu guru yang mengajar bagus, hingga saya tertarik dengan kimia,” tuturnya.
Sementara itu Abdullah Muqoddam, yang kini kuliah di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia menuturkan, saingan terberat tim Indonesia adalah siswa dari negara-negara maju seperti Amerika, Rusia dan China. (Tri Wahyuni)