Suara Karya

Kerja Tapi Bisa Lulus Tepat Waktu? Yuk Contek Pengalaman Putri Cholillah Azza!

JAKARTA (Suara Karya): Bekerja sambil kuliah sudah banyak dilakukan orang. Tetapi bekerja dan lulus tepat waktu, bukanlah perkara mudah.

Meski demikian, hal itu sudah dibuktikan Putri Cholillah Azza, mahasiswa Program Studi Komunikasi Universitas Pertamina (UPER) angkatan 2019. Bahkan, IPK yang diperoleh pun terbilang tinggi, yaitu 3.72.

Perempuan yang akrab dipanggil Azza itu menuturkan, satu tahun setelah kuliah ia mengikuti pertukaran mahasiswa yang dilakukan UPER dan Multimedia University Malaysia. Saat itu dunia sedang pandemi covid-19, sehingga kuliah diadakan secara online.

“Karena kuliah online, saya jadi punya banyak waktu luang. Iseng melamar sebagai social media specialist di industri makanan dan kecantikan di Malaysia, eh diterima. Senangnya, pekerjaan itu bisa dikerjakan dari rumah,” ujarnya.

Pengalaman kerja yang dirintis sejak 2020 itu menjadi bekal bagi Azza untuk mencari peluang kerja baru. Bahkan pada 2022, Azza bekerja sebagai digital marketing di dua perusahaan yang berbeda dari Malaysia, yaitu Naan Corner dan AISEL.

“Saya ini orangnya tidak bisa diam. Dosen menganjurkan untuk mulai mencari pekerjaan sebagai freelancer, bukan untuk mencari uang, tetapi mengasah keterampilan praktis,” kata Azza dalam sebuah kesempatan di Jakarta, Jumat (24/11/23).

Pekerjaan sambilan itu, lanjut Azza, ternyata membuat portofolio-nya terlihat jauh lebih menarik, sehingga cepat dilirik oleh HRD perusahaan. “Hal itu terbukti saat lulus, saya langsung dikontak untuk menjadi pegawai tetap oleh perusahaan tempat saya bekerja lepas,” ujarnya.

Azza yang kini tinggal dan bekerja di negeri Jiran Malaysia itu membagi sejumlah kiat untuk mahasiswa agar bisa mengatur waktu kuliah sambil kerja secara efektif.

Pertama, pentingnya mengelola manajemen waktu. Karena selain menjadi pekerja lepas, Azza juga harus kuliah dan aktif di Himpunan Mahasiswa Komunikasi UPER. Untuk itu, penting memiliki jadwal yang terencana.

“Agar bisa mengelola waktu secara efektif dan efisien, saya menyusun project planner yang berisikan agenda akademik maupun non-akademik dan target pekerjaan sampingan,” tuturnya.

Saya susun rencana kegiatan selama 7 hari dalam sepekan, kapan kuliah, mengerjakan tugas, belajar, membuat kalender konten media sosial, hingga kegiatan non-akademik,” pungkasnya.

Azza menambahkan, manajemen waktu dan penentuan skala prioritas menjadi salah satu kunci penting untuk memastikan aktifitas yang terlaksana sudah sesuai rencana.

Kedua, kemampuan mengelola stress. Karena biasanya mahasiswa yang kuliah sambil kerja itu cenderung mengalami kelelahan baik secara fisik maupun psikologis. Sehingga rawan terkena stress.

“Penting juga disisipkan waktu istirahat dalam jadwal harian. Sekali seminggu buat agenda Me Time yang benar-benar bisa menyegarkan kembali jiwa dan raga setelah melakukannya. Kalau saya suka berkumpul bersama teman-teman,” ujarnya.

Ketiga, Azza menyebut pentingnya memilih pekerjaan remote agar bisa lulus tepat waktu dan memperkaya pengalaman. Pilih pekerjaan paruh waktu, yang jenis pekerjaan dan ruang lingkupnya fleksibel dan bisa dikerjakan jarak jauh.

“Saya mencari informasi di berbagai situs pencari kerja yang memungkinkan saya untuk bekerja secara online. Hal itu lebih memudahkan dalam mengatur waktu, tapi tetap dapat cuan,” katanya.

Meski kerja sambil kuliah bisa memperkaya pengalaman, ternyata hasil survey National Center for Educational Statistics mengungkapkan hanya 40 persen mahasiswa yang tertarik untuk kuliah sambil bekerja.

Keengganan kuliah sembari bekerja karena dianggap mengganggu waktu tempuh studi dan produktivitas mahasiswa. (Tri Wahyuni)

Related posts