JAKARTA (Suara Karya): Program Wirausaha Merdeka tahun ini kembali dibuka. Program tersebut menargetkan 12 ribu mahasiswa dan 30 perguruan tinggi (PT) vokasi akan bergabung sebagai PT Pelaksana.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek)
Kiki Yuliati menjelaskan, program tersebut merupakan bagian dari skema kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
“Program Wirausaha Merdeka memberi kesempatan kepada mahasiswa akademik dan vokasi untuk belajar mengembangkan diri menjadi calon wirausaha,” kata Kiki dalam kegiatan Bimbingan Teknis Pendaftaran Program Wirausaha Merdeka Angkatan 2 Tahun 2023 secara daring, Kamis (6/4/23).
Kegiatan tersebut diikuti perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi (PTPPV) yang berpartisipasi aktif dalam program Wirausaha Merdeka sebagai PT Pelaksana.
Kiki menambahkan, pembelajaran dalam program dirancang khusus, dimana pelaksanaan program Wirausaha Merdeka akan bekerja sama dengan PT Pelaksana yang memiliki program dan kurikulum berbasis kewirausahaan.
“Kolaborasi itu diharapkan dapat mengembangkan minat dan kompetensi dasar kewirausahaan pada mahasiswa, selain memperluas wawasan dan keterampilan, serta potensi lapangan pekerjaan di masa depan,” ujarnya.
Pada 2022, Program Wirausaha Merdeka diikuti 4 PT vokasi yang telah bergabung menjadi PT Pelaksana 2022, yaitu Politeknik Negeri Jember, Politeknik Negeri Kupang, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya dan Politeknik Negeri Batam.
Dalam kegiatan bimtek untuk PTPPV, Kiki berharap, terjadi peningkatan jumlah mahasiswa vokasi yang mendaftar sebagai peserta dan perguruan tinggi vokasi sebagai PT Pelaksana.
Ia meyakini ada banyak PTPPV yang memiliki rekam jejak yang kuat di bidang kewirausahaan. Karena itu, PTPPV diminta ikut berpartisipasi dan memanfaatkan peluang untuk membangun ekosistem kewirausahaan bangsa melalui program Wirausaha Merdeka.
Kiki menyatakan, Program Wirausaha Merdeka merupakan upaya Kemdikbudristek dalam mendukung pembentukan SDM unggul melalui pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan zaman.
“Mahasiswa akan belajar, praktik, berinteraksi, dan didampingi langsung tak hanya dosen-dosen hebat tetapi juga praktisi dan wirausaha profesional yang berperan sebagai mentor,” ujar Kiki.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Beny Bandanadjaja menegaskan, banyak manfaat yang didapat perguruan tinggi sebagai PT Pelaksana. Karena memberi inovasi pembelajaran yang ada di perguruan tinggi.
Manfaat itu, antara lain, kualitas kegiatan kewirausahaan di perguruan tinggi; penguatan metode pengembangan kewirausahaan di perguruan tinggi tersebut.
Selain itu, membantu meningkatkan kapasitas dan kualitas lulusan perguruan tinggi, khususnya vokasi.
Untuk menjadi PT Pelaksana, perguruan tinggi harus memiliki bidang pengembangan kewirausahaan mahasiswa serta rekam jejak prestasi di bidang kewirausahaan mahasiswa.
Tahapan pelaksanaan program dan luaran pembelajaran menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam program yang dirancang calon PT Pelaksana yang terdiri atas pre-immersion, immersion, dan post-immersion. (Tri Wahyuni)


