Suara Karya

Kemdiktisaintek Dorong UT Perkuat Ekosistem Saintek yang Berdampak

JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) mendorong Universitas Terbuka (UT) untuk memperkuat ekosistem sains dan teknologi yang inklusif dan berdampak.

Pernyataan itu disampaikan Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi (Minat Saintek), Ditjen Saintek, Kemdiktisaintek, Prof Yudi Darma sebagai pembicara kunci dalam acara ‘5th International Seminar of Science and Technology’ (ISST) yang digelar di UTCC Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Kamis (30/10/25).

Acara dibuka secara resmi oleh Rektor UT, Prof Ali Muktiyanto secara virtual.

Prof Yudi Darma memberi apresiasi atas pelaksanaan ISST ke-5, karena kegiatan itu relevan dengan arah kebijakan pemerintah dalam memperkuat ekosistem sains dan teknologi di kampus, yang berdampak terhadap masyarakat dan industri.

“Kolaborasi lintas disiplin dan lintas negara adalah kunci menciptakan inovasi berkelanjutan, untuk menjawab tantangan global seperti perubahan iklim, disrupsi teknologi, hingga ketahanan ekonomi,” ucapnya.

Ditambahkan, ISST menjadi wadah penting bagi para akademisi dan peneliti dari berbagai negara untuk berdialog dan bertukar gagasan.

“Lewat forum seperti ini, hasil-hasil penelitian tak hanya berhenti di laboratorium atau jurnal, tetapi bisa dimanfaatkan langsung oleh masyarakat dan industri,” ujarnya.

Ia menjelaskan sejumlah inisiatif strategis yang dijalankan Kemdiktisaintek seperti program SEMESTA (Sinergi Akademisi Industri Sains dan Teknologi Nusantara) yang menaungi berbagai program turunan, yaitu In Saintek, Tera Saintek, Resona Saintek, dan Panen Raya Berdikari.

Program SEMESTA mengadopsi konsep ‘Living Lab’ yang mendorong kolaborasi langsung antara industri, akademisi, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk menyelesaikan persoalan di tingkat lokal.

“Dengan pendekatan Living Lab, kami ingin riset tidak berhenti di atas kertas, tetapi hadir sebagai solusi nyata di tengah masyarakat. Ini bentuk nyata dari sains yang membumi,” tegasnya.

Prof Yudi Darma juga mengapresiasi kiprah UT yang kini memiliki lebih dari 800 ribu mahasiswa, baik di dalam maupun luar negeri. Ia menyebut jumlah itu sebagai ‘aset nasional’ dalam membangun SDM Indonesia unggul berbasis sains dan teknologi.

“UT memilikk potensi luar biasa. Jika dikawal dengan baik, bisa menjadi gerakan nasional yang memperkuat peradaban sains di Indonesia,” tuturnya.

Ia pun mendorong UT untuk terus mengadakan forum-forum ilmiah serupa secara berkelanjutan dan multidisiplin untuk memperkuat kolaborasi riset lintas bidang.

“Kemdiktisaintek terus mendukung. Karena saintek bukan hanya fondasi kemajuan bangsa, tetapi juga jembatan menuju masa depan yang berkelanjutan dan tangguh,” katanya.

Wakil Rektor Bidang Keuangan, Sumber Daya dan Umum UT Periode 2025-2030, Adrian Sutawijaya dalam sambutannya mengatakan, UT memiliki komitmen untuk terus meningkatkan kualitas produk akademik melalui riset, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor.

“Fokus kita ke depan adalah meningkatkan produk akademik, baik dalam pengajaran, penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat. UT terus mendorong dosen dan mahasiswa untuk menghasilkan karya inovatif yang bermanfaat nyata bagi masyarakat dan dunia industri,” ujarnya.

UT mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan, termasuk pendanaan bagi karya ilmiah dan paten dosen.

“Kita ingin riset dan inovasi tak berhenti di kampus, tetapi bisa diaplikasikan dan berdampak ke masyarakat,” katanya.

Adrian memberi apresiasi kerja keras panitia dan para akademisi yang telah berpartisipasi dalam ISST 2025. Seminar internasional itu menjadi momentum bagi sivitas akademika UT untuk memperkuat jejaring global dan meneguhkan peran UT yang berdampak terhadap masyarakat.

“Seminar ini bukan hanya forum ilmiah, tetapi ruang kolaborasi dan inspirasi. Dari sini kita belajar, masa depan pendidikan dan penelitian harus berjalan beriringan dengan kebutuhan masyarakat,” katanya.

Hal senada disampaikan Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UT Periode 2025-2030, Dr Subekti Nurmawati MSi. Katanya, Sains dan teknologi terus menjadi katalis kemajuan peradaban, pendorong transformasi ekonomi, sekaligus penentu arah kesejahteraan masyarakat global.

Namun demikian, ia menekankan, inovasi harus selalu berpijak pada nilai kemanusiaan dan keberlanjutan lingkungan.

“Kita harus memastikan, inovasi tak hanya meningkatkan kesejahteraan manusia, tetapi juga melindungi planet kita dan menjamin keberlanjutan generasi mendatang,” ucapnya.

Fakultas Sains dan Teknologi UT saat ini menaungi berbagai program studi strategis seperti Sistem Informasi, Sains Data, Biologi, Teknologi Pangan, Agribisnis, Matematika, Statistik, dan Perencanaan Wilayah dan Kota.

Dari seluruh program tersebut, Sistem Informasi menjadi unggulan karena sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan kebutuhan industri digital.

“FST UT saat ini memiliki lebih dari 53 ribu mahasiswa yang tersebar di Indonesia dan luar negeri. Program studi saintek yang ada di UT menjalin kerja sama dengan berbagai mitra global seperti Microsoft, Amazon, dan lainnya untuk memperkuat kompetensi digital mahasiswa,” katanya.

Sebelumnya, Ketua Panitia Pelaksana ‘5th International Seminar of Science and Technology (ISST), Dr Vita Elysia, ST, MSc, PhD menyampaikan, seminar menghadirkan 113 pemakalah dari berbagai negara, yang akan mempresentasikan hasil risetnya dalam sesi paralel.

Selain itu, dipamerkan pula 29 poster terbaik dari mahasiswa Indonesia dan luar negeri yang bersaing dalam Student Research Poster Competition.

Peserta seminar berasal dari Indonesia, Malaysia, Polandia, Pakistan, Jepang, Slovakia, Arab Saudi, hingga Selandia Baru. Makalah yang lolos seleksi akan diterbitkan dalam prosiding IOP Conference Series: Earth and Environmental Science yang terindeks Scopus.

Terkait kompetisi poster riset, Vita menjelaskan, kegiatan itu merupakan rangkaian dari ISST yang bertujuan menumbuhkan semangat penelitian di kalangan mahasiswa. Karya akan dinilai juri eksternal dari berbagai universitas, dengan kategori penghargaan, seperti Best Poster dan Most Innovative Research.

“Kami ingin mendorong mahasiswa untuk menyebarluaskan hasil riset dan mendapat umpan balik dari komunitas ilmiah internasional. Ini bagian dari pembelajaran dan penguatan kapasitas riset generasi muda,” jelasnya. (Tri Wahyuni)

Related posts