Suara Karya

Pakar: Guru Tak Boleh Cemas Hadapi Pembelajaran Daring

Guru Besar Universitas Indonesia (UI), Rhenald Kasali. (Suarakarya.co.id/ist)

JAKARTA (Suara Karya): Pembelajaran daring (online) selama pandemi corona virus disease (covid-19) menimbulkan kecemasan di kalangan guru yang gagap teknologi (gaptek). Kondisi ini jadi momentum bagi guru untuk memaksakan diri belajar teknologi.

“Awalnya mungkin sulit, tetapi setelah jadi bisa dan terbiasa. Ini tidak terjadi pada guru saja, tetapi juga para dosen yang selama ini tidak pernah memanfaatkan teknologi dalam pembelajarannya,” kata Guru Besar Universitas Indonesia (UI), Rhenald Kasali dalam Webinar yang diselenggarakan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Sabtu (2/5/20).

Webinar merupakan bagian dari kegiatan memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2020. Seminar yang digelar secara streaming di kanal Youtube itu menampilkan sejumlah pakar dengan beragam bidang yang diharapkan dapat menambah wawasan guru dan masyarakat.

Rhenald Kasali menjelaskan, kondisi guru atau dosen yang kebingungan saat melaksanakan pembelajaran daring. Diakuinya, banyak kendala yang dialami tidak saja guru, tetapi juga dosen, mahasiswa dan peserta didik.

Ditambahkan, pembelajaran daring masih menjadi sesuatu yang baru di dunia pendidikan kita. Hanya segelintir sekolah atau kampus di Tanah Air, yang memakai teknologi dalam pembelajaran atau perkualiahan sehari-hari.

“Jadi, ketika kita semua dipaksa untuk pembelajaran daring karena covid-19, hanya sedikit sekali sekolah atau kampus yang siap. Karena semua itu butuh alat yang memadai dan jaringan internet yang kuat,” ujarnya.

Padahal, lanjut Rhenald, banyak daerah yang jaringan internetnya masih 2G atau 3 G. Bagaimana kita bisa menggelar pembelajaran daring kalau daya dukungnya tidak ada,” ucap pendiri komunitas ‘Rumah Perubahan” itu.

Ia mengungkapkan, banyak pendidik yang mengaku kesulitan dalam mengisi nilai rapor peserta didiknya. Karena tak semua sekolah menggelar pembelajaran daring secara intensif.

“Akhirnya para guru mencocok-cocokan saja saat mengisi rapor peserta didiknya. Karena nilai rapor kan tidak hanya terkait nilai akademik, tetapi juga perilaku siswa,” ujarnya.

Rhenald juga menyadari banyaknya keluhan dari orang tua saat mendampingi anaknya belajar dari rumah. Sebab tidak semua anak patuh terhadap orangtuanya. Ada anak yang patuh pada guru ketika berada di kelas. Belum lagi masih banyak orang tua yang tetap bekerja selama pandemi covid-19.

“Bahkan ada yang intensitas bekerjanya lebih banyak dibandingkan kondisi normal. Sehingga kebijakan belajar dari rumah tidak bisa diterapkan,” katanya.

Untuk itu, Rhenald mengingatkan, semua orang butuh komitmen, konsistensi dan kesulitan agar mampu bertahan dalam kondisi saat ini. Kesulitan itu bisa menjadi energi untuk menghasilkan inovasi. “Karena itu, jangan pernah menyerah dalam kondisi sulit saat ini,” katanya menegaskan.

Rhenald juga mengingatkan orangtua untuk tidak membelenggu anak yang saat ini akan masuk dunia baru. Tetap beri kesempatan pada anak untuk menikmati kegiatan yang bersifat menyenangkan.

“Jadi, orangtua harus bisa mengajak anak belajar serius, tetapi juga bermain yang menyenangkan, agar kebijakan di rumah saja dijalani dengan senang,” kata Rhenald menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts