Suara Karya

Pelestarian Sastra Lisan Tolaki jadi Prioritas Kerja Kantor Bahasa Sultra

JAKARTA (Suara Karya): Pelestarian sastra lisan Tolaki menjadi salah satu prioritas kerja Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Upaya itu dilakukan karena Kinoho, pantun lama dari adat Tolaki semakin terkikis oleh zaman.

“Inventarisasi sastra lisan Kinoho di Sulawesi Tenggara sudah dilakukan sejak 2006 lalu. Prosesnya dilakukan di Desa Abuki, Konawe. Teks Kinoho kemudian diterbitkan dalam bentuk buku berjudul Sastra Lisan Tolaki pada 2007,” kata Kepala Kantor Bahasa Provinsi Sultra, Herawati dalam sebuah kesempatan di Jakarta, belum lama ini.

Ditambahkan, pada penelitian awal Kinoho masih dituturkan oleh sebagian kecil masyarakat Tolaki. Namun, kini sastra lisan tersebut semakin kehilangan penuturnya. Bahkan sastra lisan tersebut terancam kepunahan.

“Untuk itu, perlu dilakukan upaya pelestarian terhadap sastra lisan di daerah-daerah di Indonesia agar tak cepat mati. Karena keanekaragaman sastra merupakan bukti kekayaan bahasa-bahasa daerah,” ujarnya.

Herawati menilai, kondisi terancam punahnya kinoho secara langsung akan memberi pengaruh terhadap eksistensi sastra lisan Tolaki secara keseluruhan. Mengingat suku Tolaki merupakan salah satu suku asli dengan penutur terbanyak di wilayah daratan Sulawesi Tenggara.

“Tahun ini penelitian kami lakukan di Kabupaten Konawe Selatan, karena memiliki penutur yang cukup besar di Sultra. Namun, kini Kinoho mulai ditinggalkan penuturnya,” ujar Herawati.

Ditambahkan, upaya konservasi sastra lisan dilakukan lewat pencarian data mulai dari deskripsi utuh meliputi struktur (teks, konteks, dan co-text) dan nilai dalam sastra lisan, data diri dan kondisi penutur termasuk proses pewarisan/pembelajarannya, serta kondisi lingkungan wilayah tutur sastra tersebut.

“Kami juga mengumpulkan hasil rekaman audio-visual pertunjukan sastra lisan dalam kondisi sealamiah mungkin. Tak hanya Kinoho, konservasi juga dilakukan pada 3 jenis sastra lisan Tolaki lainya, yaitu anggo, suasua dan taenango. Hasil kajian tersebut nantinya menjadi bahan ajar di sekolah agar terjaga kelestariannya,” ucap Hera.

Program prioritas lainnya, disebutkan Herawati adalah pembinaan komunitas literasi di kalangan siswa dan masyarakat. Kegiatan tersebut dilakukan di sejumlah pesantren, antara lain Pesantren Tahfiz Ummul Qurra dan Pesantren Darrul Mukhlisin.

Selain juga pada beberapa komunitas literasi seperti Ganda Gong, Pustaka Kabanti, Obat Manjur, Fraksi Sastra, Gerakan Kendari Mengajar dan Komunitas Dasa Wisma Teratai. Kegiatan tersebut juga menyasar sekolah seperti SDN 9 Kota Kendari, di Madrasah Aliyah (MA) Asy-Syafiiyah dan di MAN Insan Cendikia.

“Kegiatan literasi meliputi musikalisasi puisi, menulis cerpen, mendongeng hingga bermain drama. Semua kegiatan dilakukan dengan penuh kegembiraan dan menyenangkan. Sehingga makin banyak siswa atau masyarakat yang mau bergabung dalam komunitas literasi ini,” kata Herawati.

Ia mengungkapkan kendala kegiatan di masa pandemi adalah tidak boleh membuat kerumunan. Sehingga kegiatan hanya dihadiri sebagian besar peserta. Apalagi, jika kegiatan digelar di sekolah. “Semoga pandemi segera berlalu, sehingga kegiatan komunitas literasi ini bisa diikuti lebih banyak siswa dan masyarakat,” ujarnya.

Tahun ini, Kantor Bahasa Provinsi Sultra juga mengadakan inventarisasi kosakata bahasa daerah di 3 wilayah dengan 3 bahasa, yaitu bahasa Pulo di Wakatobi, bahasa Tolaki di Konawe, dan bahasa Ciacia di Buton Selatan. (Tri Wahyuni)

Related posts