Suara Karya

Pemberdayaan Perempuan Perkuat Aksi Mitigasi Perubahan Iklim

JAKARTA (Suara Karya): Pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender yang berdampak terhadap kesejahteraan keluarga, dapat memperkuat aksi mitigasi perubahan iklim.

Hal itu mengemuka dalam diskusi bertajuk ‘Unlocking Women’s Potential at The Grassroots Level: Promoting gender Equality and Social Equity in Forest Protection’, di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP28 UNFCCC di Dubai, Uni Emirat Arab, pada Rabu (6/12/23).

Chief Sustainability Officer APP Group, Elim Sritaba mengatakan, pihaknya memiliki program pemberdayaan masyarakat di sekitar areal konsesi yang disebut Desa Makmur Peduli Api (DMPA).

“Ini bukan program hibah, tapi program pemberdayaan yang menggunakan pendekatan inklusif. Program tersebut diharapkan akan membawa masyarakat ke level berikutnya dalam upaya perlindungan hutan,” ujarnya.

Program pemberdayaan masyarakat itu mengedepankan kesetaraan gender. Karena Elim yakin, pemberdayaan perempuan yang dilakukan APP Group bisa memberi inspirasi yang lebih luas.

“Kegiatan yang berdampak pada perlindungan hutan tetap bisa dilakukan kaum perempuan, tanpa perlu mengabaikan perannya dalam keluarga,” ucapnya.

Menurut Elim, upaya pemberdayaan perempuan bukan hal mudah. Salah satu tantangannya, kaum perempuan umumnya kurang percaya diri. Karena itu, APP Group menggandeng organisasi seperti Yayasan Dr Sjahrir untuk membantu melakukan edukasi, sekaligus menjalankan program inkubasi bisnis.

Pelatihan yang diberikan mulai dari produksi bahan baku hingga olahan beragam komoditas. Pelatihan juga mencakup peningkatan keterampilan untuk pemasaran.

Saat ini program DMPA telah mencakup 421 desa dan melibatkan lebih dari 80.000 orang. Dari jumlah itu, 86 kelompok perempuan menjadi bagian dari program DMPA.

“Kelompok perempuan menjadi menonjol dalam performa karena memiliki komitmen dan kapasitas untuk mendukung kesejahteraan keluarganya,” kata Elim.

APP Group menggunakan model Social Return on Investment (SROI) untuk mengukur kinerja kelompok binaan DMPA. SROI diukur berdasarkan dampak dari investasi dengan memperhitungkan kesetaraan gender, pengurangan degradasi lingkungan, perbaikan kesejahteraan, dan usaha berkelanjutan.

Hasilnya, lanjut Elim, kelompok-kelompok perempuan dalam program DMPA memperoleh skor SROI rata2 diatas index yang baik, bahkan melampaui.

“Kami berharap program pemberdayaan perempuan yang telah dan sedang dijalankan saat ini, dapat memberi manfaat bagi unit terkecil dari masyarakat yaitu keluarga, maupun lingkungan dimana kami beroperasi.

APP Group juga terus melakukan berbagai inisiatif dan mengidentifikasi peluang program-program pemberdayaan perempuan lainnya dengan membuka kesempatan untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak.

Sustainability Director for Indonesia and PNG, Coca Cola Euro Pacific Partners Lucia Karina memaparkan, bagaimana pihaknya mendorong pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender.

Salah satu program yang dijalankan adalah pengembangan bank sampah. Ada 60 bank sampah binaan di Sumatera, Jawa, dan Bali, yang melayani lebih dari 3.000 nasabah.

“Kami mendorong pengembangan usaha mikro yang juga mendukung upaya untuk mencapai Net Zero Emissions,” katanya.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Nining I Soesilo menyatakan, salah satu sumber pembiayaan yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung pemberdayaan perempuan adalah Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) yang dikelola Pusat Investasi Pemerintah, Kementerian Keuangan.

Nining menambahkan, hingga November 2023, Pembiayaan UMi telah menjangkau lebih dari 9 juta debitur. Sekitar 96 persen debitur adalah kaum perempuan. (Tri Wahyuni)

Related posts