Suara Karya

Rakorda LLDikti Wilayah III 2025, Tekankan Transformasi dan Kolaborasi Pentahelix

JAKARTA (Suara Karya): Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah III Tahun 2025 di kampus Universitas MNC, Jakarta, pada Kamis (27/11/25) menjadi panggung pernyataan penting tentang arah baru transformasi pendidikan tinggi di Jakarta.

“Rakorda LLDikti Wilayah III hadir sebagai ruang bersama untuk memastikan pendidikan tinggi di Jakarta tak hanya adaptif, tetapi juga berdampak bagi masyarakat,” kata Kepala LLDikti Wilayah III, Dr Henri Tambunan.

Ia memaparkan berbagai capaian di lingkungan LLDikti Wilayah III, mulai dari digitalisasi layanan, peningkatan mutu perguruan tinggi, hingga penguatan ekosistem kampus yang aman dan inklusif.

“Kami berkomitmen melayani dengan inovasi. Hampir seluruh layanan kini terintegrasi dalam sistem online seperti SILAT, NTT, CRS, dan BKD Online,” katanya.

Henri juga memaparkan kondisi perguruan tinggi swasta (PTS) yang ada di wilayahnya. Jumlahnya kini menurun dari 316 pada 2019 menjadi 245, karena merger untuk memperkuat tata kelola.

“Dari jumlah itu, ada 31 perguruan tinggi terakreditasi Unggul, dan 65 perguruan tinggi terakreditasi Baik. Untuk program studi (prodi), ada 433 prodi terakreditasi Unggul, dan 842 prodi terakreditasi Baik/Baik Sekali,” tuturnya.

Selain itu, Henri menyebut, pertumbuhan jabatan akademik juga meningkat pesat. Dalam tiga tahun terakhir, guru besar bertambah 52 orang, sehingga total menjadi 661 guru besar di Wilayah III.

LLDikti III saat ini melayani sekitar 23.940 dosen dan hampir 600 ribu mahasiswa.

Henri menyoroti kebutuhan mendesak terkait kuota KIP Kuliah, di mana dari 10.000 usulan, hanya 2.400 mahasiswa yang difasilitasi oleh pusat.

“Masih ada kekurangan sekitar 7.500 kuota. Kami sudah berkomunikasi dengan Pemprov DKI agar dukungan KJMU dapat diperluas,” ujarnya.

Soal Program Kampus Berdampak, LLDikti III sukses menjalankan KKN Tematik di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang melibatkan banyak PTS dalam pemberdayaan masyarakat berbasis ilmu dan teknologi.

Menanggapi pernyataan Kepala LLDikti Wilayah III tentang KIP Kuliah, Kepala Pusat Pelayanan Pendanaan Personal dan Operasional Pendidikan Disdik DKI Jakarta, Waluyo Hadi dalam paparannya menyatakan komitmennya dalam meningkatkan akses pendidikan tinggi.

Katanya, Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU) telah dijadikan sebagai program unggulan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bidang pendidikan.

“Lewat KJMU, kami ingin memastikan seluruh mahasiswa DKI Jakarta yang memenuhi syarat dapat mengenyam pendidikan tinggi tanpa terbebani oleh biaya kuliah,” ujar Waluyo.

Rakorda LLDikti Wilayah III dibuka secara resmi oleh Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Prof Fauzan.

Mengawali sambutannya dengan humor dan gaya bicara lugas, ia juga mengajak perguruan tinggi melakukan introspeksi mendalam.

“Kritik bahwa perguruan tinggi hanya berada di menara gading dan menghasilkan lulusan tak siap pakai sudah terlalu banyak. Ini harus menjadi dasar perubahan kita, bukan defensif, tapi reflektif,” ucapnya.

Ia menegaskan perlunya perubahan mindset dan kolaborasi pentahelix untuk mewujudkan Kampus Berdampak.

“Transformasi pendidikan tinggi tak mungkin terjadi tanpa perubahan pola pikir. Jangan bicara transformasi kalau mindset tidak bergeser. Those who cannot change their minds cannot change anything,” ujarnya.

Fauzan juga menekankan tiga poin penting, yaitu kolaborasi pentahelix yang melibatkan kampus, industri, pemerintah, masyarakat dan media adalah keharusan.

“Perguruan tinggi tidak bisa berjalan sendiri. Kurikulum, magang, riset aplikatif, semua harus dirancang bersama industri dan pemerintah,” pungkasnya.

Dalam kesempatan yang sama, LLDikti III melakukan penandatangan nota kesepahaman Industrial Advisory Board (IAB) antara LLDikti Wilayah III dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) dan Gerakan Nasional Kompeten Indonesia (GNIK).

Kerja sama termasuk membuka peluang jejaring internasional dengan Korea, China, Hungaria, Inggris hingga Australia.

Prof Fauzan mengingatkan LLDikti Wilayah III untuk tidak berharap pada KIP atau KJMU. “KIP itu penting. Tapi jangan sampai perguruan tinggi menggantungkan hidupnya pada KIP. Kreativitas, inovasi, dan kolaborasi harus menjadi kekuatan utama,” tegasnya.

Fauzan mencontohkan model kolaborasi bisnis antar PTS untuk mengelola aset seperti hotel, yang disebutnya mampu menciptakan nilai ekonomi baru.

“Besar dan kecilnya perguruan tinggi bukan soal jumlah mahasiswa, tetapi seberapa besar perannya terhadap masyarakat,” kata Prof Fauzan menegaskan.

Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Risbang) Kemdiktisaintek Fauzan Adziman juga hadir sebagai pembicara dengan materi berjudul Kebijakan Penguatan Mutu Pendidikan Tinggi dan Hilirisasi Riset.

“Pemerintah akan terus menggalakkan strategi Pendanaan dan kolaborasi riset melalui berbagai program. Berbagai skema itu intinya ingin memberi implifikasi bagi bangsa,” katanya.

Pada bagian akhir kegiatan, LLDikti Wilayah III meluncurkan Online Course Penjaminan Mutu di laman Sistem Pembelajaran Daring (SPADA) Kemdiktisaintek.

Konten pembelajaran daring itu merupakan hasil kolaborasi dengan Universitas Nasional. Konten itu memuat sejumlah informasi penting dan edukatif seputar penjaminan mutu perguruan tinggi yang tersedia secara gratis dan dapat diakses kapan saja.

LLDikti Wilayah III juga menyampaikan Apresiasi Prestasi Perguruan Tinggi Swasta di berbagai bidang, di antaranya terkait kemitraan, pelaporan PDDikti, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, pembelajaran dan kemahasiswaan, hingga bidang kehumasan.

Penghargaan itu diberikan sebagai langkah apresiatif LLDikti Wilayah III terhadap perguruan tinggi yang telah menunjukkan kontribusinya di berbagai bidang, sekaligus menumbuhkan semangat kompetitif untuk terus mengembangkan kompetensi perguruan tinggi. (Tri Wahyuni)

Related posts