JAKARTA (Suara Karya): Inilah serunya mengikuti perkuliahan di Institut Pariwisata (IP) Trisakti. Baru semester tiga, tetapi mereka sudah diajarkan bagaimana merancang acara ‘gala dinner’, dimana kreasinya diserahkan ke mahasiswa.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari ujian akhir semester (UAS) mahasiswa prodi pengelolaan Perhotelan. Kami hanya kasih tema, sisanya mahasiswa yang berkreasi,” kata Sekretaris Program Studi (Prodi) Pengelolaan Perhotelan, IP Trisakti, Mohammad Syaltut Abduh, di kampus IP Trisakti di Bintaro, Jakarta, Rabu (18/12/24).
Syaltut menjelaskan, kegiatan Gala Dinner yang dilakukan mahasiswa tahun masuk 2023 sebagai implementasi dari mata kuliah yang terbagi dalam kelompok yaitu F&B service, kitchen dan pastry.
Untuk tema menu kali ini, lanjut Syaltut, ditetapkan hidangan dari 4 provinsi yang ada di Sulawesi (Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara). “Ini tahun kedua, menunya bertema Nusantara, tidak lagi berorientasi kebarat-baratan. Diharapkan, mahasiswa juga mengenal masakan Indonesia,” ujarnya.
Adapun terdapat rincian menu yang disajikan oleh mahasiswa yaitu Sulawesi Tenggara: Amuse Bouche; Satay Gogos Pokea, Soup; Brenebon, Maincourse; Nasi Wolio Chicken, Dessert; Palu Buttung. Sulawesi Utara: Amuse Bouche; Panada Pie with Dabu Lilang Sauce & Coconut Foam, Appetizer; Gohu Kawanua, Soup; Brenebon, Maincourse; Ayam Woku with Sambal Roa Served with Nasi Jaha & Sayur Pepaya, Dessert; Palu Butung. Sulawesi Tengah: Amuse Bouche; Fish Gohu, Appetizer; Wrap Lawara Pindang Sc, Soup; Kaledo Beef Roll, Maincourse; Tinoransak Mousse dan Dessert; Palu Butung.
Setelah tema diketahui, mahasiswa diminta lalu mengeksplore beragam menu masakan dari resep atau media sosial. Menu tersebut diajukan ke kepala prodi dosen dari setiap mata kuliah untuk dilakukan ‘food test’.
“Semua bahan yang diajukan mahasiswa untuk food test ditanggung sepenuhnya oleh kampus. Stok bahan praktik selalu tersedia, mahasiswa hanya perlu berlatih,” ucapnya.
Persiapan Gala Dinner disiapkan mahasiswa, sekaligus menunjuk personilnya, seperti siapa yang menjadi manajer penanggung jawab, kepala chef, waitress, tukang masak, pencuci peralatan makan, hingga menjadi ‘tamu palsu’.
“Meski waktunya mepet, persiapan hanya 2 minggu, saya lihat apa yang dilakukan sudah sangat bagus. Masih terlihat banyak yang grogi, tetapi secara keseluruhan kerja yang mahasiswa boleh diacungi jempol,” tutur Syaltut.
Menu yang dihidangkan dalam jamuan bertajuk ‘Spice of The South Sulawesi’ menampilkan cemilan jalangkote dalam bentuk mini sebagai amuse bouche (penyegar mulut dalam bahasa Prancis), lalu ada smoked cakalang with sango sauce yang gurih asam pedas sebagai appetizer.
Untuk hidangan soup ditampilkan coto makkassar yang panas dengan isian daging sapi yang berlimpah. Sedangkan main course disajikan chicken roll with saus gagape served with red fried rice and tutu vegie, dimana rasanya unik, gabungan antara gurih, asin, sedikit asam dari saus gagape-nya.
Untuk desert ditampilkan pallu butung berbentuk puding yang rasanya manis, dingin dan beraroma daun pandan. Sungguh memuaskan lidah, setelah menyantap hidang sebelumnya yang gurih dan asin.
Syaltut berharap keterampilan mahasiswa yang diperoleh selama masa perancangan Gala Dinner bisa menjadi bekal saat magang industri pada semester 5 dan 6 selama 12 bulan.
“Jadi mereka tidak canggung lagi jika dilibatkan dalam Gala Dinner di hotel tempatnya magang. Bahkan, mahasiswa diharapkan aktif dengan memberi ide-ide agar perayaan berlangsung menarik,” ucapnya.
Salah satu peserta UAS, Aurelia Clarisa Permata mengungkapkan perasaan senang karena pelaksanaan gala dinner belangsung lancar. Bertugas sebagai Restoran manager, Aurelia terlihat anggun dengan gaun yang pas badan berwarna hitam.
“Terus terang saja saya tadi deg-degan, karena harus banyak bicara di depan umum menjelaskan menu-menu yang ditampilkan. Namun, berkat support teman-teman, saya bisa,” ujar Aurelia yang baru pertama kali bertugas sebagai restoran manager tersebut.
Ia menjelaskan, pembagian tugas dilakukan segera setelah tema menu gala dinner diumumnya. Dalam waktu 1 minggu, terbentuk personil, menu yang akan ditampilkan hingga bentuk dekorasi ruangan, meja dan kursinya.
“Karena kita sudah sering melakukan tugas semacam itu sebelumnya, jadi terasa tidak sulit. Karena waktunya mepet, jadi persiapannya agak ‘riuweh’,” ungkap Aurelia.
Dalam penetapan personil apakah terjadi pertengkaran karena rebutan pekerjaan, Aurelia mengatakan hal itu tidak terjadi. “Sejak awal ditekankan ini kerja tim, jadi tidak ada rebutan pekerjaan. Semua bisa dibahas secara baik,” katanya. (Tri Wahyuni)


