Suara Karya

Targetkan Zero Waste Zero Emission 2050, KLHK Siapkan Dokumen Peta Jalan

JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyiapkan dokumen rencana operasional untuk memastikan target Zero Waste Zero Emission 2050 dalam pengelolaan sampah tercapai.

Hal itu dikemukakan Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Rosa Vivien Ratnawati dalam diskusi panel bertajuk ‘Net Zero Waste and Zero Emission Goals on Municipal Solid Waste’ di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP28 UNFCCC, di Dubai, Uni Emirat Arab, Selasa (5/12/23).

Dokumen Rencana Operasional itu akan menjadi pijakan dan peta jalan untuk mencapai target zero waste pada 2040 dan emisi gas rumah kaca mendekati nol dari sektor sampah pada 2050. “Untuk itu, saya ajak semua pihak untuk mewujudkan visi ini,” ucapnya.

Vivien menjelaskan target Zero Waste dicapai dengan pendekatan ekonomi sirkular, dimana sampah domestik akan dimanfaatkan lebih dahulu, agar tidak perlu ke tempat pengolahan akhir (TPA).

Upaya itu, antara lain berupa pengomposan, dan optimalisasi pengelolaan sampah menjadi sumber energi sebagai Refused Derived Fuel (RDF) dan Solid Recovered Fuel (SRF).

Sementara itu, sampah yang ada di TPA dan sudah terdekomposisi akan dimanfaatkan mulai 2025. KLHK juga menargetkan tidak akan ada pembakaran sampah terbuka mulai 2031.

Sustainability Division Head PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk (Tjiwi Kimia), salah satu anak perusahaan APP Group, Tien Johanna dalam kesempatan yang sama menyatakan, pihaknya siap mendukung pemerintah dalam mencapai target yang ditetapkan.

“Kami mengembangkan pemanfaatan RDF dari impuritas sisa proses daur ulang bahan baku karton,” katanya.

“Seiring dengan tren konsumen, kami memperluas produksi pada produk kertas khusus untuk kemasan, dengan mendaur ulang kertas bekas,” ujar Tien.

Dalam proses pengolahannya, ada impuritas berupa sisa-sisa pengotor material dari bahan baku kertas bekas. Bahan impuritas itulah yang dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan RDF.

Tien menjelaskan, pihaknya saat ini sedang membangun boiler pengolahan RDF dengan kapasitas 200 ton per hari, yang nantinya akan dimanfaatkan sebagai sumber energi.

Menurutnya, boiler yang dibangun akan bebas dari dioxin furan sehingga ramah lingkungan. “Kami menargetkan boiler ini beroperasi mulai tahun depan,” katanya.

Menurut Tien, 50 persen bahan baku RDF berasal dari internal perusahaan. Sementara 50 persen lainnya dari hasil kolaborasi dalam memanfaatkan sampah solid yang dikelola oleh pemerintah daerah, maupun sampah solid dari industri lain di sekitar Tjiwi Kimia.

Ditambahkan, dekarbonisasi juga dilakukan APP sesuai Sustainability Roadmap Vision untuk mencapai target pengurangan emisi sebesar 30 persen pada 2030. Langkah yang diambil, antara lain memanfaatkan energi baru dan terbarukan dalam bentuk pembangkit listrik tenaga surya dan biomassa.

Pembicara lain dalam diskusi itu, Sustainability Director for Indonesia and PNG, Coca Cola Europacific Partners, Lucia Karina; Presiden Direktur PT Solusi Bangun Indonesia, Lilik Unggul Raharjo; dan Presiden Director PT Vale Indonesia, Febriany Eddy. (Tri Wahyuni)

Related posts