Suara Karya

Terapkan Konsep Keberlanjutan, Revitalisasi KCBN Muarajambi Libatkan Warga

JAKARTA (Suara Karya): Proses revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi melibatkan warga. Sehingga tercipta destinasi wisata yang terjaga kelestarian alamnya.

“KCBN Muarajambi jangan dipandang sebatas destinasi wisata, tetapi sebagai pusat peradaban yang mencerminkan warisan budaya,” kata Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V, Agus Widiatmoko kepada wartawan di KCBN Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, Sabtu (3/2/24).

Hadir dalam kesempatan itu, Sekretaris Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek), Fitra Arda dan Pelaksana tugas (Plt) Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat (BKHM) Kemdikbudristek, Anang Ristanto.

Dengan menjadikan sebagai Pusat Peradaban, lanjut Agus Widiatmoko, KCBN Muarajambi menyediakan ruang untuk belajar dan penelitian yang mendalam. “Peran masyarakat juga penting sebagai wahana bagi pengembangan ekonomi lokal dan pemajuan budaya,” ujarnya.

Ia menyebut sejumlah pelatihan wirausaha dalam Program Pasar Dusun Karet (Paduka). Program pemberdayaan itu diharapkan dapat menggantikan usaha karena lahannya tergusur dalam proses revitalisasi KCBN Muarajambi.

“Alhamdulillah, proses pembebasan lahan dengan 300 pemilik tanah bisa berlangsung cepat. Butuh waktu sekitar 7 bulan saja. Total lahan KCBN Muarajambi seluas 3.981 hektar,” tuturnya.

Ditambah, sebagian warga mendapat pelatihan membuat kue dan makanan tradisional tanpa bahan pengawet. Peserta juga dilatih untuk tidak berjualan dengan menggunakan kantong plastik.

“Kami ingin menjaga lingkungan di sekitar cagar budaya bebas dari sampah plastik. Pengunjung nantinya diingatkan untuk tidak membawa barang makanan yang dikemas plastik ke dalam cagar budaya,” katanya.

Warga lainnya juga dilibatkan dalam pohon buah yang dikembangkan dalam kawasan cagar budaya nasional yaitu buah duku dan duren, mulai dari proses pemeliharaan hingga pelelangan buah.

“Hasil dari lelang dukuh tahun lalu menghasilkan uang Rp700 juta. Setelah dipotong biaya-biaya, ada dana sekitar Rp600 juta yang disetor kas negara,” ujarnya.

Ia menyebut, pihaknya juga menyiasati adanya banjir di kawasan KCBN Muaro Jambi, terutama wilayah yang dekat bantaran Sungai Batanghari untuk jadi destinasi wisata perahu apung. Warga yang ingin merasakan bersampan bisa menyewa seharga Rp20 ribu per jam.

“Banjir yang indentik dengan kesusahan, kita manfaatkan untuk mendulang rupiah. Pengunjung bisa bersampan, setelah melihat-lihat candi,” katanya.

Selain menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat, Agus menilai upaya tersebut dapat melestarikan nilai-nilai budaya dan tradisi bahari. Di masa lalu, Sungai Batanghari dikenal sebagai sungai yang strategis, tak terkecuali di bidang perdagangan.

“Kami akan ajak beberapa warga untuk studi bamding ke Vietnam untuk belajar bagaimana memanfaatlan tepi sungai Mekong untuk pelestarian budaya sekaligus kesejahteraan masyarakatnya,” kata Agus.

Salah seorang warga yang menyewakan sampan di area perahu apung, Dian Ropiah (48) mengaku dirinya mampu menghasilkan tambahan sebanyak Rp100 ribu per hari dari hasil menyewakan sampan.

“Setelah ada tempat ini (Paduka), saya jadi punya penghasilan tambahan,” kata perempuan yang sehari-hari menjadi ibu rumah tangga tersebut.

Dian berharap, Paduka di kawasan KCBN Muaro Jambi ini lebih dipromosikan, agar semakin banyak masyarakat yang datang dan meningkatkan ekonomi warga setempat.

Hal senada dikemukakan Rohani (55). Ibu dua anak itu sehari-hari menjual minuman teh atau kopi dan makanan ringan di KCBN Muarajambi. Pengunjung bisa duduk di warungnya yang beratap rumbai sambil minum minum teh hangat. Jika beruntung ada duren atau nangka yang dijual.

“Hari ini hanya ada nangka yang kami jual, tapi sudah habis dibeli orang,” kata Rohani yang ditemani suaminya asal Makassar itu.

Ia mengaku senang, KCBN Muarajambi sudah diketahui masyarakat luar. Sehingga banyak pengunjung yang mampir ke warungnya setelah lelah berkeliling. “Alhamdulillah, ada saja rezeki setiap harinya. Cukuplah buat makan kami berdua,” kata Rohani menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts