Suara Karya

Tim Olimpiade Komputer Indonesia Berhasil Raih 3 Perak di Jepang

JAKARTA (Suara Karya): Tim Olimpiade Komputer Indonesia (TOKI) berhasil raih 3 perak dan 1 perunggu dalam ajang International Olympiad Informatics (IOI) ke-30 di Tsukuba Jepang pada 1-8 September lalu. Perolehan medali kali ini, Indonesia unggul diatas Thailand dan Filipina.

“Kebalikan Indonesia, Thailand dapat 1 Perak dan 3 perunggu. Sedangkan Filipina hanya 1 perak,” kata Kasubdit Peserta Didik, Direktorat Pembinaan SMA, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Suharlan saat penjemputan TOKI di bandara Soekarno-Hatta, Sabtu (8/9).

Terpilih sebagai juara umum dalam perhelatan yang diikuti 335 peserta dari 87 negara, yakni Republik Rakyat Tiongkok dengan 4 medali emas. Untuk perorangan, medali emas dengan nilai tertinggi diraih Benjamin Qi dari Amerika Serikat.

“Kompetisi ini berlangsung ketat, karena hanya memperebutkan 167 medali. Rinciannya 29 medali emas, 55 medali perak dan 83 perunggu,” tuturnya.

Negara di Asean yang unggul kali ini adalah Singapura 1 emas, 2 perak dan 1 perunggu. Sedangkan Vietnam sebanyak 1 emas, 1 perak dan 2 perunggu. Dan Malaysia, tampaknya cukup puas dengan 1 medali emas.

Keikutsertaan TOKI pada IOI pertama kali pada 1995 lalu di kota Eindhoven, Belanda dan langsung meraih 1 medali perak. Pada 1997 dan 2008, TOKI berhasil meraih masing-masing 1 medali emas. Total medali yang terkumpul sebanyak 61 yaitu 2 medali emas, 22 medali perak dan 37 medali perunggu.

“Tampaknya kita harus bekerja lebih keras lagi agar IOI mendatang, TOKI bisa mengulang sukses pada kompetisi IOI pada 1997 dan 2008 lalu. Minimal 1 emas,” ujar Harlan.

Disebutkan 3 siswa peraih medali perak yaitu Abdul Malik Nurrokhman dari SMA Semesta BBS Semarang, Steven Wijaya dari SMA Kanisius Jakarta dan Ahmad Haulian Yoga Pratama dari SMA Taruna Nusantara Magelang. Untuk medali perunggu diraih Muhammad Salman Al Farisi dari SMA Taruna Nusantara Magelang.

Yang menggembirakan, lanjut Harlan, Indonesia akan menjadi tuan rumah IOI ke-34 pada 2022. Indonesia menerima tawaran itu dengan harapan momen IOI bisa berdampak pada kemajuan bidang informatika di Indonesia.

“Masih ada persiapan 4 tahun sebagai tuan rumah. Belum diputuskan apakah kompetisi itu akan digelar di Jakarta, Bali atau kota lainnya di Indonesia,” ujarnya.

Harlan menambahkan, TOKI menerima tantangan sebagai tuan rumah karena persiapannya tidak terlalu ribet dibanding olimpiade biologi atau fisika. “Yang dibutuhkan hanya meja dan komputer. Tak perlu laboratorium seperti pada kompetisi sains lain,” ucap Harlan menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts