Suara Karya

1,9 Juta Siswa Ikuti TKA 2025, Kepala BSKAP Siap Telusuri Dugaan Kebocoran Soal

JAKARTA (Suara Karya): Lebih dari 1,9 juta siswa kelas XII di seluruh Indonesia, hari ini, mengikuti Tes Kemampuan Akademik (TKA) 2025, asesmen nasional yang digelar Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen).

Kegiatan tersebut merupakan salah satu program prioritas pemerintah untuk memetakan capaian pembelajaran siswa secara objektif, sekaligus memperkuat budaya mutu pendidikan di tingkat sekolah menengah.

Kepala BSKAP Prof Toni Toharudin, menegaskan, seluruh proses pelaksanaan TKA telah dipersiapkan secara matang. Variasi soal disusun berbeda untuk setiap sesi dan wilayah, guna mencegah potensi kebocoran atau kecurangan.

“Kami mendorong pelaksanaan TKA yang jujur dan gembira. Karena itu, kami akan menindak tegas setiap pelanggaran, demi menjaga kepercayaan publik terhadap asesmen nasional ini,” kata Prof Toni dalam konferensi pers yang berlangsung di Posko TKA Nasional, di Jakarta, Senin (3/11/25).

Menanggapi kekhawatiran siswa yang sempat muncul melalui petisi di media sosial, Toni memastikan, soal-soal TKA telah disesuaikan dengan dua kurikulum yang berlaku, yakni Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka.

Ditanyakan soal sekolah yang mewajibkan siswa ikuti TKA, padahal asesmen itu bersifat sukarela, Prof Toni mengatakan, hal itu menjadi kewenangan sekolah.

“Hasil TKA memang tidak menentukan kelulusan siswa, tetapi semua itu menjadi kewenangan satuan pendidikan,” ujarnya.

Setelah tes selesai, peserta akan menerima sertifikat hasil TKA yang berisi nilai individu dan capaian per mata pelajaran. Mata pelajaran yang diujikan adalah Bahasa Indonesia, Matematika, dan Bahasa Inggris.

Meski bersifat tidak wajib, lanjut Prof Toni, nilai TKA akan digunakan untuk seleksi masuk perguruan tinggi negeri, sesuai keputusan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI).

“Nilai TKA digunakan untuk Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) sesuai kebijakan MRPTNI, bukan Kemdikdasmen,” katanya.

Terkait pelaksanaan TKA 2025, Kepala Pusat Asesmen Pendidikan Dr Rahmawati dalam kempatan yang sama menjelaskan, TKA 2205 dilaksanakan dalam dua moda, yaitu daring (online) dan semi daring.

“Moda semi daring digunakan di sekolah-sekolah yang memiki keterbatasan jaringan internet. Komputer siswa terhubung ke server sekolah tanpa koneksi internet langsung. Sinkronisasi dilakukan sebelum dan sesudah tes, agar data tidak bocor,” ujarnya.

Pelaksanaan TKA 2025 diikuti 1,58 juta peserta secara daring dan 368 ribu melalui moda semi daring, dari 22.172 sekolah dan 4.530 madrasah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Gelombang pertama TKA 2025 berlangsung pada 3-4 November 2025, sedangkan gelombang ke-2 dijadwalkan pada akhir November mendatang.

Prof Toni menambahkan, pelaksanaan TKA di beberapa daerah, terutama Nusa Tenggara Timur (NTT) sempat terkendala pemadaman listrik akibat cuaca ekstrem. Pemerintah memastikan peserta terdampak dapat mengikuti ujian susulan pada 17-23 November 2025.

Untuk memastikan kelancaran, Kemdikdasmen mendirikan Posko Koordinasi Nasional TKA di Jakarta yang memantau jalannya asesmen secara real time, serta posko daerah di bawah koordinasi dinas pendidikan dan Kanwil Kemenag.

Menanggapi beredarnya video di media sosial yang diduga menampilkan soal TKA 2025, Toni menegaskan, pihaknya tengah menelusuri kebenaran informasi tersebut.

“Kalau ada isu pembocoran, itu tidak benar. Tapi kami tetap melakukan penelusuran mendalam dan akan menjatuhkan sanksi bila terbukti ada pelanggaran prosedur,” tegasnya.

Ia menambahkan, variasi soal yang sangat banyak di setiap sesi dan wilayah membuat kemungkinan kebocoran itu hampir mustahil.

“Kami sudah menyiapkan sistem keamanan dan enkripsi data yang ketat, sejak tahap gladi bersih pada 27 Oktober 2025 lalu,” ujarnya.

Toni mengapresiasi kerja keras panitia pusat dan daerah, pengawas, fasilitator sekolah, serta media yang ikut mengawal pelaksanaan TKA.

“Antusiasme peserta yang tinggi menunjukkan tumbuhnya budaya mutu di dunia pendidikan. Kami optimis kualitas pendidikan dasar dan menengah akan terus meningkat,” kata Prof Toni menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts