Suara Karya

Atasi Sampah Rumah Tangga, Garudafood Perluas Program Biokonversi Maggot

JAKARTA (Suara Karya): Garudafood perluas program pengolahan sampah organik dengan biokonversi maggot, yang mengadopsi pendekatan pengolahan sampah berbasis masyarakat.

Perluasan program dilakukan bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional yang diperingati setiap 21 Februari, di Kelurahan Jatijajar, Depok, Jawa Barat, Jumat (21/2/25).

Kegiatan yang diikuti 30 peserta dari 6 kelurahan di Kota Depok itu diresmikan secara langsung oleh Lurah Jatijajar, Mujahidin.

Head of Corporate Communication & External Relations Garudafood, Dian Astriana menjelaskan, inisiatif tersebut tak hanya bertujuan mengurangi timbunan sampah rumah tangga organik, tetapi juga mendorong ekonomi sirkular bagi masyarakat setempat.

Seperti diketahui, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2024 merilis data, sampah rumah tangga merupakan penyumbang sampah terbesar secara nasional. Jumlahnya mencapai 54,58 persen dari total produksi sampah.

Komposisi sampah juga masih didominasi oleh sampah organik atau sisa makanan, sebesar 39,94 persen.

Untuk itu, lanjut Dian, Garudafood mengambil inisiatif melalui program pengolahan sampah dengan biokonversi maggot gencar. Edukasi ke masyarakat terus dilakukan, termasuk akses ke pihak off-taker (pembeli hasil produksi atau jasa dari suatu proyek atau kegiatan), sehingga menjadi sumber alternatif pendapatan bagi masyarakat.

“Kami melihat potensi besar dalam biokonversi maggot sebagai solusi pengelolaan sampah organik, sekaligus upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Lewat edukasi dan dukungan teknis ini, kami harap masyarakat dapat mengelola sampah secara mandiri dan berkelanjutan,” ucap Dian.

Ditambahkan, program tersebut tahun lalu berhasil mengajak masyarakat Jatijajar Depok untuk mengolah sampah organik rumah tangga hingga mencapai 35 ton dan maggot yang dihasilkan sekitar 3 ton.

Dengan demikian, masalah sampah organik dapat diatasi dengan menerapkan prinsip ekonomi sirkular, salah satunya melalui pengolahan sampah menggunakan larva Black Soldier Fly (BSF).

“Larva itu mampu mengurai sampah organik menjadi kompos yang bermanfaat bagi pertanian, serta memiliki nilai ekonomis tinggi karena dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan berkat kandungan proteinnya yang melimpah,” katanya.

Lurah Jatijajar, Mujahidin mengaku bangga dilibatkan Garudafood dalam program pengolahan sampah organik dengan biokonversi maggot, karena budi daya maggot BSF sangat potensial untuk menambah penghasilan. “Modalnya hanya kemauan warga saja untuk belajar,” katanya.

Selain itu, lanjut Mujahidin, budi daya maggot juga sejalan dengan Program Kampung Iklim (Proklim) yang digagas pemerintah pusat untuk mengantisipasi dan mengadaptasi perubahan iklim dan penurunan emisi gas rumah kaca.

Hingga saat ini, Garudafood memberidukungan dalam bentuk penyediaan media budi daya maggot, bibit maggot dan pendampingan intensif. Maggot yang dihasilkan diolah untuk pakan ternak, pupuk kasgot untuk perkebunan, lilin aromaterapi (berbahan dasar minyak maggot), dan maggot kering untuk pakan ikan hias.

Penggunaan maggot sebagai alternatif pakan terbukti mampu menghemat biaya pakan hingga 50 persen. Maggot juga diketahui dapat meningkatkan kecerahan warna ikan hias dan mempercepat pertumbuhan ikan lele.

Tidak hanya bermanfaat bagi sektor perikanan, maggot yang diolah menjadi pupuk juga mampu memperbaiki kualitas daun tanaman.

Dengan berbagai manfaat yang dimilikinya, maggot memberi nilai tambah yang signifikan bagi masyarakat yang terlibat dalam program pengembangannya.

Program itu juga mendorong praktik ramah lingkungan dengan memanfaatkan sampah organik rumah tangga sebagai bahan baku produksi maggot, sehingga mampu mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). (Tri Wahyuni)

Related posts