Suara Karya

Lestarikan Rempah Indonesia, Koepoe-Koepoe Gelar Kompetisi Masak bagi Siswa SMK

JAKARTA (Suara Karya): Guna melestarikan rempah Indonesia, brand Koepoe-Koepoe menggelar kompetisi masak bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan tata boga bertajuk ‘Koki Muda Koepoe-Koepoe’.

Kompetisi akan diikuti 1.350 siswa yang terbagi dalam 675 tim dari 45 sekolah di tiga kota, yaitu Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Kompetisi tersebut memperebutkan hadiah uang tunai hingga Rp200 juta.

“Kami ingin siswa mengenal lebih dekat ragam rempah Indonesia melalui produk Koepoe Koepoe dan belajar mengolahnya dengan cara yang kreatif,” kata CEO PT Anggana Catur Prima, Harry Widjaja dalam peluncuran kompetisi ‘Koki Muda Koepoe-Koepoe’ di Jakarta, Senin (5/8/25).

Hadir dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar; Ketua Association of Culinary Professionals (ACP) Indonesia, Chef Rafael Triloko Basanto yang menjadi juri dalam kompetisi ini bersama Chef Ronald Noverson Tokilov dari Balicooks.

Harry Widjaja menjelaskan, kompetisi dimulai dengan “roadshow’ ke 45 sekolah di 3 kota. Total siswa yang ikut roadshow ada 675 tim atau 1.350 siswa.

Setelah itu, panitia akan memilih tiga tim dari 15 sekolah sebagai pemenang untuk mengikuti seleksi berikutnya, yaitu tahap Bigbang yang akan digelar di masing-masing kota.

“Pemenang dari ajang BIGBANG kemudian akan bersaing kembali dalam GRAND FINAL yang akan diselenggarakan di lokasi khusus, bisa di Jakarta atau Yogyakarta. Kami masih mencari tempat yang tepat,” tutur Harry.

Dalam kompetisi ini, peserta ditantang untuk menciptakan masakan khas Indonesia secara kreatif, inovatif, dan penuh cita rasa, dengan menggunakan berbagai rempah-rempah khas Indonesia dari produk Koepoe Koepoe.

Para peserta akan memperebutkan hadiah berupa tabungan pendidikan, trofi eksklusif, sertifikat, serta kesempatan untuk dikenal di dunia kuliner profesional.

Ditanya kenapa memilih kompetisi memasak bagi siswa, Harry Widjaja mengatakan, hal itu selaras dengan core business Koepoe Koepoe, yang telah menjual beragam rempah dari dapur Indonesia selama lebih dari 70 tahun.

“Kami percaya, menjaga warisan kuliner bukan hanya tanggung jawab pelaku industri, tetapi juga harus dimulai dari generasi muda,” ucapnya menegaskan.

Melalui event ini, lanjut Harry Widjaja, Koepoe Koepoe ingin membuka ruang edukatif yang menginspirasi para calon chef muda untuk mengenal lebih dalam tentang rempah-rempah Indonesia, mengasah keterampilan mereka, dan menumbuhkan cinta terhadap budaya bangsa melalui kekayaan kuliner kita.

“Koki Muda Koepoe Koepoe adalah bukti nyata komitmen kami dalam menjaga cita rasa warisan bangsa. Kami juga menjadi ‘jembatan’ edukatif antara sekolah dan dunia kuliner Indonesia,” ucapnya.

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar menyambut positif yang dilakukan Koepoe-Koepoe lewat program seperti Koki Muda Koepoe-Koepoe yang tidak hanya mendidik, tapi juga mengangkat budaya bangsa.

“Kuliner merupakan salah satu dari 17 subsektor ekonomi kreatif yang menjadi fokus pengembangan nasional, karena memiliki potensi besar dalam membentuk identitas dan daya saing Indonesia di kancah global,” ujarnya.

Kolaborasi semacam ini antara dunia usaha, pendidikan, dan pelaku kreatif, menurut Irene Umar, sangat dibutuhkan untuk memperkuat ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif tanah air.

Sementara itu, Chef Ronald Tokilov atau kerap disapa Chef Ron selaku juri di acara Koki Muda Koepoe Koepoe mengaku percaya, masa depan kuliner Indonesia ada di tangan generasi muda yang paham akar budayanya dan berani berinovasi.

“Koki Muda Koepoe Koepoe tak sekadar lomba, tapi ruang belajar yang nyata dimana pelajar bisa bereksperimen dengan rempah lokal dan menciptakan sesuatu yang otentik,” kata Chef Ron yang juga penggiat rempah-rempah Indonesia.

Hal itu, menurut Chef Ron, merupakan langkah penting untuk regenerasi chef Indonesia yang punya rasa, punya karakter, dan bangga akan identitasnya.

Hal senada dikemukakan Chef Rafael Triloko Basanto selaku Presiden Association of Culinary Professionals (ACP) Indonesia. Menurut Rafael, program ini bisa menjadi tonggak penting dalam pendidikan kuliner anak muda Indonesia.

“Koki Muda Koepoe Koepoe menghadirkan kombinasi antara tradisi dan inovasi, serta memperkuat hubungan antara dunia pendidikan dan industri. Ini adalah investasi nyata untuk mencetak generasi chef Indonesia yang siap bersaing secara global dengan tetap mengangkat kearifan lokal,” ucapnya.

Ditanya apakah ada tema masakan khusus dalam kompetisi ini, Chef Ron mengatakan, tidak ada tema khusus. “Justru kami ingin melihat kreasi siswa dalam memanfaatkan rempah Indonesia dalam masakan,” ujarnya.

Meski menu berkembang dari siswa, Chef Ron maupun Chef Rafael tidak berada diluar jangkauan siswa. Karena selesai kompetisi, kedua chef tersebuy akan menggelar demo memasak bagaimana menggunakan bumbu masak dalam bentuk bubuk, agar memiliki citarasa yang sama lezatnya dengan bumbu yang diuleg sesaat.

“Kami akan beri tips dan trik bagaimana memakai bumbu produk Koepoe-Koepoe agar menghasilkan masakan Indonesia yang lezat. Jadi bukan sekadar ikut lomba, lalu bubar. Siswa akan dapat banyak ilmu, yang akan membuka wawasan tentang masakan Indonesia,” kata Chef Ron menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts