Suara Karya

Dana Abadi LPDP Tembus Rp154 Triliun, Beasiswa Luar Negeri akan Dibatasi

BANDUNG (Suara Karya): Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) mencatat total dana abadi yang dikelolanya kini menembus angka Rp154 triliun.

Seiring capaian tersebut, LPDP berencana akan memperketat seleksi beasiswa luar negeri dengan membatasi pilihan kampus dan program studi, sesuai kebutuhan strategis nasional.

“Mulai tahun depan, beasiswa ke luar negeri hanya pada kampus dan jurusan yang relevan dengan sektor prioritas seperti pangan, energi, dan bidang STEM (Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika),” kata Kepala Divisi Hukum dan Komunikasi LPDP, Mohammad Lukmanul Hakim, Sabtu (9/8/25).

Pernyataan tersebut disampaikan disela kegiatan Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 yang digelar di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Bandung.

Lukmanul menambahkan, kebijakan tersebut belum diterapkan tahun ini, karena proses seleksi sudah berjalan. “Kemungkinan kebijakan tersebut mulai diterapkan tahun depan,” ucapnya.

Meski tidak menetapkan kuota khusus STEM, formula seleksi baru akan memberi peluang lebih besar kepada pendaftar di bidang tersebut. “Mulai dari sekarang cari kampus dan program studi STEM yang memiliki peluang masuk lebih besar,” ucapnya.

Soal pengurangan kuota penerima bantuan tahun ini, Lukmanul menegaskan, hal itu bukan karena pemangkasan dana, melainkan demi menjaga keberlanjutan program.

“LPDP tetap aman dari dampak efisiensi anggaran kementerian karena mengelola dana secara terpisah dan berkelanjutan. Pengurangan kuota tahun ini sifatnya menjaga kesinambungan program, bukan karena pemangkasan dana,” ucapnya.

Lukmanul Hakim memaparkan total dana abadi LPDP hingga Rp154 triliun itu terbagi dalam 4 kategori, yakni Dana Abadi Pendidikan sebesar Rp126,1 triliun, Dana Abadi Penelitian Rp12,99 triliun, Dana Abadi Perguruan Tinggi Rp10 triliun, dan Dana Abadi Kebudayaan Rp5 triliun.

Seluruh dana dikelola dalam portofolio investasi, dan hasil pengembangannya digunakan untuk beasiswa, penelitian, penguatan kebudayaan, dan peningkatan peringkat perguruan tinggi.

“Dana abadi itu bersifat kekal. Yang kita gunakan adalah hasil investasinya. Dengan demikian, program bisa berjalan berkelanjutan dan tidak terganggu efisiensi anggaran kementerian,” kata Lukman menegaskan.

LPDP juga memiliki fleksibilitas pendanaan multi-years yang memudahkan pembiayaan riset jangka panjang, tanpa terhambat batasan tahun anggaran. Ia mencontohkan proyek jangka panjang seperti riset pertanian yang mengikuti musim tanam.

“Riset pertanian bergantung pada musim tanam, sehingga bisa berjalan lintas tahun. Meski demikian, kita tetap melakukan evaluasi output serta outcome setiap tahun,” kata Lukman.

Pendanaan disinkronkan dengan rencana strategis pemerintah melalui koordinasi bersama kementerian teknis dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

LPDP secara rutin mengevaluasi program beasiswa dan riset, termasuk mencegah penyalahgunaan dana. Lukmanul mengklaim mayoritas penerima beasiswa memberi kontribusi positif, baik di tingkat individu maupun untuk masyarakat luas.

“Kasus penyimpangan ada, tapi sangat minim. Yang penting, kita terus tampilkan ‘best practices’ alumni LPDP yang sukses,” kata Lukmanul menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts