JAKARTA (Suara Karya): Jakarta kian serius menapaki jalan menuju kota global yang berdaya saing tinggi, inklusif, dan berkelanjutan. Melalui Jakarta Economic Forum (JEF) Policy Discussion 2025 bertema “Unlocking Tourism and Creative Economy Potential for Jakarta as a Global City”, para pemangku kepentingan lintas sektor membahas strategi konkret untuk mengakselerasi potensi pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru.
Forum yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jakarta pada Rabu, 22 Oktober 2025 ini juga menjadi ajang penghargaan bagi para pemenang Lomba Karya Tulis JEF 2025 yang turut mempresentasikan gagasannya.
Kepala Kantor Perwakilan BI DKI Jakarta, Iwan Setiawan, menegaskan bahwa potensi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Jakarta sejatinya tidak kalah dibandingkan kota global lainnya seperti Bangkok, Seoul, maupun Singapura. Namun, agar potensi tersebut benar-benar memberi dampak ekonomi optimal, diperlukan sinergi dan kolaborasi yang kuat antarinstansi, pelaku usaha, dan komunitas kreatif.
“Jakarta memiliki keunggulan ekonomi dan identitas budaya yang kuat. Dengan pengelolaan yang baik, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dapat menjadi penggerak ekonomi rakyat sekaligus memperkuat daya saing global,” ujar Iwan di lokasi acara.
Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta menyoroti ketahanan ekonomi ibu kota yang dinilai cukup tangguh dan memiliki peluang besar untuk terus berkembang. Salah satu sektor yang memiliki efek pengganda tinggi, menurutnya, adalah industri film. Selain menciptakan nilai ekonomi dari penjualan tiket di dalam dan luar negeri, industri ini juga menggerakkan rantai ekonomi lain—mulai dari penyedia katering, hotel, hingga tenaga kerja kreatif.
“Kami berharap dukungan sektor keuangan domestik dapat lebih besar dalam pembiayaan produksi film nasional,” ujar Wakil Gubernur.
Diskusi kebijakan di forum tersebut juga menghadirkan sejumlah narasumber penting, antara lain Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata, Deputi Bidang Kreativitas Media Kementerian Ekonomi Kreatif, Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, dan Senior Policy Analyst Direktorat Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan.
Salah satu hasil diskusi yang menonjol adalah upaya memperkuat ekosistem kebijakan untuk mendukung investasi di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. Pemerintah, misalnya, telah menyediakan layanan perizinan satu pintu melalui platform OSS (One Single Submission) untuk mempermudah produksi film dan penyelenggaraan event.
Selain itu, dibahas pula wacana penerapan insentif fiskal berupa pengurangan pajak atau tax rebate bagi industri kreatif, dengan Jakarta diusulkan sebagai pilot project implementasinya.
Pemprov DKI Jakarta juga memaparkan sejumlah inisiatif strategis, antara lain program urban tourism, serta peluncuran platform daring “Filming in Jakarta”, yang memuat informasi lengkap tentang lokasi syuting, biaya sewa, dan prosedur perizinan. Pemerintah daerah bahkan telah memberikan diskon tarif sewa lokasi film dan pengurangan pajak hiburan hingga 50% untuk tiket film nasional.
Dengan berbagai langkah tersebut, JEF 2025 menjadi momentum penting bagi Jakarta untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan pelaku kreatif. Tujuannya satu: memastikan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif tidak hanya menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru, tetapi juga menjadi wajah baru Jakarta sebagai kota global yang hidup, berdaya saing, dan berkarakter. (Boy)