Suara Karya

Aktraksi Wuzuquan Shaolin Kungfu Getarkan Panggung Sekolah SWA

JAKARTA (Suara Karya): Wuzuquan Shaolin Kungfu menggetarkan panggung teater sekolah Sinarmas World Academy (SWA) lewat aktraksinya yang dinamis, pada Sabtu (9/9/23).

Pertunjukan itu merupakan bagian dari kemeriahan konferensi tahunan Asosiasi International Wuzuquan South Shaolin di sekolah yang berlokasi di Serpong, Tangerang Selatan.

Acara itu dihadiri rombongan Wuzuquan Shaolin Temple dan peserta South Shaolin Tradition Competition dari 7 negara.

Hadir pula sejumlah siswa mulai dari kelas 2 hingga kelas 10 beserta orangtuanya. Sehingga menimbulkan kemeriahan di sekitar panggung Teater Trini Dewi di sekolah tersebut.

Selain pertunjukan Kungfu, sebagian dari siswa SWA juga menampilkan keahlian mereka dalam memainkan alat musik tradisional Hulusi.

Sekadar informasi, sejarah Kungfu dimulai sekitar tahun 1.600 Masehi di Provinsi Fujian China Bagian Selatan, yang dikenal dengan nama Ngo Cho Kun dalam bahasa Hokian atau Five Ancestor Fist dalam bahasa Inggris. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, artinya Tinju Lima Leluhur.

Shaolin Temple di Kota Quanzhou adalah pusat tempat berkembangnya kungfu sejak ribuan tahun hingga kini. Kungfu berkembang luas di Asia Tenggara, terutama Filipina, Malaysia, Singapura dan Indonesia sejalan dengan migrasi ahli kungfu dari Provinsi Fujian ke luar negeri.

Kungfu di Indonesia dikembangkan oleh Perguruan Kungfu Lo Ban Teng yang ikut memprakarsai pendirian International South Shaolin Wuzuquan Federation.

Kedatangan peserta Wuzuquan Shaolin Tradition Competition juga merupakan bagian dari kegiatan Konferensi Tahunan Asosiasi Internasional Wuzuquan South Shaolin.

Pimpinan dari International Southern Shaolin Wushu Friendship Association, Mr Chang Ding menjelaskan, kegiatan itu dilakukan untuk menarik generasi muda mempelajari seni bela diri Kungfu.

“Pembinaan fisik dan mental dalam seni bela diri Kungfu sangat penting untuk menghadapi tantangan kehidupan di masa depan,” kata Mr Chang Ding.

Hal senada dikemukakan Board Chairman SWA, Anton Mailoa. Ia berharap kegiatan tersebut dapat menginspirasi generasi muda untuk mempertahankan seni tradisional bela diri sebagai salah satu budaya Tionghoa yang berharga.

“Terpilihnya SWA sebagai tempat pertunjukan seni bela diri Shaolin dari peserta kompetisi 7 negara. Hal itu sesuai dengan komitmen SWA sebagai sekolah internasional yang menghargai tradisi dan budaya Asia,” ucap Anton.

Diharapkan siswa yang hadir tertarik untuk belajar seni bela diri dan menjadi bagian aktif dalam pelestarian budaya bela diri tradisional Asia. (Tri Wahyuni)

Related posts