Suara Karya

Disayangkan, Profesi Peneliti Mulai Kehilangan Peminat

JAKARTA (Suara Karya): Profesi peneliti ternyata kurang dilirik generasi milenial. Hal itu terlihat dalam penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) di lembaga penelitian yang menunjukkan trend penurunan peminat.

“Ini sungguh disayangkan. Padahal, kami butuh regenerasi agar dunia penelitian di Indonesia terus maju,” kata Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Muhammad Dimyati, di Jakarta, Jumat (9/11/2018).

Dimyati mengakui, pendorong orang untuk menjadi peneliti bukan hal mudah. Pertama, orang tersebut harus memiliki “jiwa” meneliti, bukan sekadar keilmuwan. Karena pekerjaan peneliti memerlukan kesabaran, ketekunan dan ketelitian yang lebih. “Butuh waktu lebih banyak hingga mereka bisa disebut sebagai peneliti,” ujarnya.

Ditanya minimnya minat lantaran profesi peneliti kurang memberi kesejahteraan, Dimyati dengan cepat menyanggah. Profesi tersebut tetap memberi masa depan yang cerah, karena kegiatan penelitian selalu tersedia. “Kalau kemampuannya memang mumpuni, pekerjaan peneliti itu tak pernah habis,” ucapnya.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah guna mengajak generasi milenial jatuh cinta terhadap sains dan teknologi, Dimyati menyebutkab, salah satunya lewat kegiatan yang disebut Science, Technology and Art Fair (STAFair) 2018.

“Pameran ini akan memadukan sains, teknologi dan seni menjadi sesuatu yang menarik untuk kalangan muda. Pameran akan digelar di Museum Filateli Jakarta pada 14-17 November mendatang,” katanya.

Menurut Dimyati, perlu ada perubahan model penyampaian informasi tentang teknologi kepada generasi milenial agar mereka tertarik dengan dunia penelitian dan pengembangan (litbang). Informasi harus dikemas secara menarik, artistik dan kekinian.

“Pameran akan menyajikan hasil penelitian lebih interaktif lewat teknologi digital yang lagi hits yaity Augmented Reality (AR) dan video mapping. Diharapkan pemeran yang dibuat para alumni perguruan tinggi negeri ternama ini bisa menarik perhatian siswa sekolah menengah untuk datang dan menyukai dunia penelitian,” katanya.

Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat Ocky Karna Radjasa menyatakan, penggunaan teknologi digital merupakan strategi agar generasi milenial dapat mau mengunjungi STAFair 2018.

“Kami tahu, generasi milenial itu punya kecenderungan untuk narsis dan ingin tampil. Jadi, pameran tak hanya menampilkan informasi hasil penelitian, tapi juga tersedia berbagai spot selfie yang bernuansa IPTEK,” kata Ocky menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts