Suara Karya

Inflasi Jakarta Terkendali, Kelompok Makanan hingga Tembakau Jadi Penyumbang Terbesar

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Arlyana Abubakar. (Foto: suarakarya.co.id/Boy Pangestu)

JAKARTA (Suara Karya): Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, mengklaim bahwa inflasi Ibukota secara kumulatif (Januari s.d September 2023) masih terkendali yakni sebesar 1,34 persen (ytd). Kelompok makanan, minuman, dan tembakau tercatat menyumbang  inflasi sebesar 0,55% (mtm), angka ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 0,25% (mm) sehingga menyumbang 0,12% terhadap inflasi Jakarta. 

Kepala  Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta Arlyana Abubakar, melalui keterangan tertulisnya Selasa (3/10/2023) menyatakan bahwa secara tahunan, inflasi Jakarta masih tetap terkendali dalam sasaran yaitu sebesar 1,89% (yoy). Tentunya angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,93% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 2,28% (yoy).

Menurut Arlyana, meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok tersebut terutama didorong oleh kenaikan harga pada komoditas beras, daging sapi, kangkung, dan minyak goreng. “Untuk kenaikan harga komoditas beras, hal ini disebabkan oleh berlangsungnya kekeringan di sejumlah wilayah sentra produksi sebagai dampak dari EL-Nino serta pembatasan kuota ekspor beras dari negara-negara produsen beras mitra dagang. Dampak EL-Nino juga mendorong kenaikan harga kangkung sebagai salah satu komoditas yang membutuhkan pasokan air yang cukup besar,” kata Arlyana. 

Selanjutnya kata dia, kenaikan harga daging sapi dan minyak goreng masing-masing dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan masyarakat serta meningkatnya harga CPO dunia. 

Di sisi lain, komoditas pangan strategis lainnya seperti telur ayam ras, cabai rawit dan bawang merah tercatat mengalami penurunan harga sejalan dengan meningkatnya pasokan di wilayah sentra produksi. Selanjutnya, kelompok transportasi mencatatkan inflasi sebesar 0,14% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan lalu sebesar 0,02% (mm) sehingga memberikan andil sebesar 0,02%.

Arlyana juga mengungkapkan, kenaikan Inflasi pada kelompok tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga bensin sejalan dengan adanya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi sejak 1 September 2023. Namun, kenaikan inflasi pada kelompok transportasi tertahan oleh berlanjutnya penurunan tarif angkutan udara sejalan dengan normalisasi permintaan dan mobilitas masyarakat pasca libur anak sekolah.

Menurutnya, realisasi inflasi DKI Jakarta yang masih terkendali tidak terlepas dari hasil sinergi, kolaborasi serta koordinasi yang baik dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi DKI Jakarta. Selama September 2023, TPID Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai kegiatan dalam rangka pengendalian inflasi,

  1. Kegiatan Penanaman cabai perdana, peresmian rumah semai, seta implementasi digital farming untuk Kelompok Tani Pinggir Buperta;
  2. Penandatanganan Kerja Sama Antar Daerah (KAD) terkait kerja sama budidaya padi seluas 22 hektar dengan varietas Ciherang dan Inpari 32 antara PT Food Station dengan PT Bulir Emas Nusantara;
  3. Kegiatan Gerakan Menanam untuk Ketahanan Pangan/urban farming di Lahan Kelompok P45 Mawar, Kemayoran Jakarta Pusat;
  4. Peninjauan operasi pasar beras SPHP di Pasar Induk Beras Cipinang dan komoditas strategis lainnya di Pasar Jatinegara dalam rangka memantau perkembangan harga dan pasokan komoditas pangan, serta
  5. Rapat koordinasi TPID mingguan dalam rangka pemantauan stok dan harga

Ke depan, sinergi dan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah dengan Bank Indonesia serta seluruh stakeholder terkait yang tergabung dalam TPID Jakarta akan terus diperkuat untuk memastikan strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) dapat berjalan baik dan efektif, utamanya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Dengan berbagai upaya sinergi dan kolaborasi tersebut, inflasi Jakarta diharapkan dapat tetap terkendali dalam sasaran 3,0=1% pada sisa tahun 2023 dan 2,5 1% pada tahun 2024. (Boy)

 

Related posts